Menurut data pasar, emas spot (XAU/USD) tercatat naik 1,10 persen menjadi 2.663,61 dolar AS per troy ons, setelah sempat mengalami koreksi selama dua hari berturut-turut. Meski demikian, harga emas masih berada di level tertinggi sepanjang masa (all-time high) yang telah dicapai pada pekan sebelumnya.
Penguatan ini didorong oleh konflik yang semakin memanas di Timur Tengah, setelah Iran meluncurkan serangan rudal sebagai respons atas pembunuhan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, serta beberapa tokoh penting lainnya dari kelompok tersebut.
Ketegangan di Timur Tengah ini kian meluas setelah Israel melakukan invasi ke wilayah selatan Lebanon dan meluncurkan serangan rudal ke Suriah, diiringi dengan operasi militer yang terus berlangsung di Jalur Gaza.
Namun, meski harga emas menunjukkan penguatan, kenaikannya masih tertahan oleh pernyataan Ketua Federal Reserve AS, Jerome Powell. Ia mengindikasikan bahwa meski ada pemotongan suku bunga yang signifikan, langkah serupa yang lebih agresif di masa mendatang tidak bisa diharapkan.
Powell memperkirakan pemotongan suku bunga selanjutnya akan lebih kecil, yakni sekitar seperempat poin persentase. Prediksi pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin pada November juga menurun dari 50 persen menjadi 37 persen.
Para investor kini menantikan data ekonomi penting, termasuk laporan ketenagakerjaan serta indeks PMI manufaktur dan jasa dari ISM, untuk memperkirakan langkah selanjutnya dari Federal Reserve.
BERITA TERKAIT: