Pimpinan The Fed, Jerome Powell merilis penurunan suku bunga yang terbilang besar dan lumayan mengejutkan, sebesar 0,5 persen. Suku bunga di negeri Paman Sam itu kini berada di rentang 4,75 persen hingga 5 persen.
Keputusan Powell tersebut kemudian disambut cepat pelaku pasar dengan memborong aset yang lebih spekulatif hingga mendongkrak Indeks Wall Street dan juga mata uang utama dunia.
Pantauan memperlihatkan, nilai tukar Euro, Dolar Australia, Dolar Kanada serta Poundsterling yang melonjak curam usai pengumuman tersebut.
Situasi yang sama juga terjadi pada indeks Wall Street. Namun gerak melonjak curam tersebut hanya berlangsung singkat untuk kemudian malah beralih di zona penurunan.
Pantauan menunjukkan, seluruh mata uang utama dunia yang beralih merosot dan berlanjut hingga sesi perdagangan siang ini di Asia.
Pada bursa saham Wall Street, Indeks DJIA menutup sesi dengan turun moderat 0,25 persen di 41.503,1, indeks S&P500 melemah 0,29 persen di 5.618,26, dan indeks Nasdaq terkoreksi 0,31 persen di 17.573,3.
Pantauan juga menunjukkan, Indeks S&P500 yang sempat mencetak rekor di sesi kali ini namun kemudian beralih turun curam. Gerak turun terlihat mulai reda dan beralih positif pada sesi perdagangan after hours.
Investor dalam menjalani sesi perdagangan kali ini juga mendapatkan sentimen kejut dari pentas perpolitikan AS, di mana ratusan mantan anggota parlemen terkemuka dari partai Republik, tempat bernaung nya calon Presiden Donald Trump, yang justru berbalik mengarahkan dukungan pada Kamala Harris.
Mereka menilai Trump sebagai sosok yang tak lagi layak memimpin negeri dengan perekonomian terbesar Dunia itu.
Situasi ini tentu menghadirkan ancaman serius bagi Donald Trump, terlebih dalam sejumlah polling akhir-akhir ini menunjukkan kemampuan Harris untuk mengungguli Trump. Trump, tentu terancam gagal bila langkah ratusan Republiken ini terus menjalar hingga beberapa waktu ke depan.
Namun sentimen utama yang menyita perhatian terbesar tentu masih datang dari kejutan dari The Fed. Peralihan gerak Wall Street dinilai sekedar antiklimaks dari sentimen penurunan suku bunga, setelah dalam beberapa pekan penantian sebelumnya Indeks telah berulangkali mencetak rekor tertingginya sepanjang sejarah.
Pola gerak Indeks Wall Street ini, secara keseluruhan masih dinilai positif oleh pelaku pasar di Asia. Pantauan memperlihatkan, gerak Indeks di Asia yang masih berupaya bertahan hijau di sesi perdagangan pagi ini, Kamis 19 September 2024.
Hingga ulasan ini disunting, Indeks Nikkei di bursa saham Jepang melompat curam 2,52 persen di 37.296,6, sementara indeks ASX200 (Australia) naik 0,56 persen di 8.187,4, dan indeks KOSPI (Korea Selatan) naik tipis 0,08 persen di 2.577,54.
Lonjakan tajam indeks Nikkei pagi ini dilatari oleh sentimen nilai tukar mata uang Yen yang merosot sangat signifikan. Catatan menunjukkan, gerak merosot curam Yen kali ini yang sesungguhnya sekedar koreksi teknikal usai melambung terlalu curam dalam beberapa pekan sesi perdagangan terakhir.
Sikap optimis yang meyakinkan terpotret pada sesi perdagangan di Jakarta. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terlihat sangat moncer dalam menjalani sesi pagi ini. IHSG bahkan kembali mampu membukukan rekor tertingginya sepanjang sejarah dengan menginjak posisi 7.902. Gerak lonjak IHSG juga terlihat signifikan dibanding Bursa saham Asia. Hingga sesi perdagangan pagi ditutup, IHSG berhasil melonjak 0,87 persen di 7.897,4.
Hampir seluruh saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan kompak menguat pagi ini. Diantaranya: BBRI, TLKM, BBNI, BMRI, BBCA serta UNVR. unggulan hanya menyisakan ADRO dan PGAS yang terpeleset turun akibat koreksi teknikal. Gerak naik tajam IHSG kali ini semakin membuka lebar peluang untuk menembus level psikologis berikutnya di kisaran 8.000.
BERITA TERKAIT: