IHSG kemudian menutup sesi dengan melonjak 0,74 persen di 7.72,89. Gerak balik naik IHSG kali ini menyiratkan kemampuan untuk berbalik usai melakukan gerak kejut penurunan tajam di sesi perdagangan kemarin. Pantauan lebih rinci memperlihatkan kinerja saham-saham unggulan yang berkontribusi signifikan dalam kenaikan IHSG.
Saham BMRI naik 1,41 persen di Rp7.175, BBCA naik 1,22 persen di Rp10.300, ICBP naik 0,21 persen di Rp11.400, ISAT naik 5,1 persen di Rp10.775. Namun sejumlah saham unggulan lain terlihat masih merah hingga penutupan perdagangan, seperti BBNI turun 0,46 persen di Rp 5.350, ASII turun 1,46 persen di Rp5.050, ITMG turun 1,07 persen di Rp27.500 dan ADRO turun 1,11 persen di Rp 3.560.
Kinerja moncer IHSG terlihat sangat kontras dengan situasi di bursa saham global dan Asia hari ini. Laporan sebelumnya menyebutkan rontoknya indeks Wall Street secara tajam menyusul bangkitnya kecurigaan akan adanya resesi akibat rilis data indeks PMI manufaktur Amerika Serikat yang kembali terkontraksi untuk bulan Agustus lalu.
Aksi jual panik menerjang Wall Street dan saham-saham teknologi menjadi yang paling menderita. Saham teknologi terkemuka yang paling parah ambruk nya adalah NVIDIA dengan runtuh nyaris 10 persen. Keruntuhan saham NVIDIA kemudian menyeret sejumlah saham teknologi terkemuka di Asia.
Saham Samsung Electronic, produsen smartphone terbesar dunia yang tercatat di Bursa saham Korea Selatan terdiskon besar 3,31 persen, saham SK Hynix juga runtuh lebih tajam 8,02 persen. Investor melepas dua saham perusahaan tersebut yang merupakan pemasok Chip bagi NVIDIA. Indeks KOSPI di Bursa saham Korea Selatan akhirnya terseret runtuh 3,15 persen dengan menutup sesi di 2.580,8.
Kinerja lebih buruk terjadi pada bursa saham Jepang, di mana indeks Nikkei terbabat 4,24 persen untuk terhenti di 37.047,61. Pola serupa dengan bursa Korea Selatan terjadi, di mana saham teknologi menjadi dalang kerontokan Indeks. Saham Renesas electronics rontok 8,5 persen, Tokyo Electron anjlok 8,55 persen, serta softbank group terpangkas 7,73 persen.
Sementara pada bursa saham Australia, indeks ASX200 ambruk 1,88 persen dengan menutup sesi di 7.950,5. Laporan terkait juga menyatakan, sesi pembukaan perdagangan di bursa saham utama Eropa yang kompak memerah pada sore hari.
Secara keseluruhan, sikap panik pelaku pasar di Asia terkesan berlebihan dalam merespon perkembangan di Wall Street. Investor diperkirakan masih akan menantikan rilis data neraca dagang dan ketenaga kerjaan terkini AS untuk setidaknya menghambat aksi panik jual lebih lanjut.
Rupiah Berbalik MenguatKejutan juga terjadi di pasar uang dengan nilai tukar Rupiah mampu melakukan gerak balik penguatan di sesi hari ini. Gerak balik penguatan Rupiah lebih dilatari oleh penguatan seluruh mata uang utama dunia dalam taraf moderat. Pelaku pasar terlihat mencoba mengantisipasi rilis data neraca dagang AS pada Rabu malam nanti waktu Indonesia Barat.
Penguatan mata uang utama tersebut kemudian dengan mudah mengangkat Rupiah. Pantauan tim riset RMOL menunjukkan, Rupiah yang sempat menginjak zona pelemahan moderat pada jam jam pertama sesi perdagangan, namun dengan cepat berbalik ke zona penguatan. Hingga sesi perdagangan sore ini berlangsung, Rupiah tercatat ditransaksikan di kisaran Rp15.470 per Dolar AS atau menguat 0,32 persen.
Pantauan juga menunjukkan, gerak mata uang Asia yang cenderung menguat dalam rentang bervariasi. Penguatan tertajam berhasil dibukukan mata uang Ringgit Malaysia yang sempat melonjak hingga 0,52 persen.
BERITA TERKAIT: