Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Indofarma Gempar Nunggak Gaji Karyawan, IHSG-Rupiah Jangan Panik

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/ade-mulyana-5'>ADE MULYANA</a>
OLEH: ADE MULYANA
  • Selasa, 03 September 2024, 20:56 WIB
Indofarma Gempar Nunggak Gaji Karyawan, IHSG-Rupiah Jangan Panik
Ilustrasi Indofarma (Foto: Satukandonesia.com, Inews)
rmol news logo Sikap optimis pelaku pasar di bursa Wall Street terlihat mulai rentan terlihat dari sesi perdagangan pre market yang menunjukkan gerak indeks dalam rentang sempit dan bahkan menginjak zona merah.

Minimnya sentimen yang mengiringi membuat investor kesulitan menentukan arah gerak indeks. Terlebih, masa libur hari buruh yang sedang berlangsung membuat sikap optimis yang diharapkan sulit mendapatkan pijakan yang meyakinkan.

Dalam sesi perdagangan pre market terlihat indeks DJIA melemah 0,1 persen dibanding dengan penutupan akhir pekan lalu  di 41.563,08. Pola gerak sempit juga terlihat pada  indeks S&P500 dan indeks Nasdaq.

Sekedar catatan tambahan, dalam sesi  perdagangan akhir pekan lalu sejumlah saham teknologi terkemuka yang menjadi pendorong positif wall street kali ini, diantaranya: Intel Corp melambung 9,5 persen, marvell technology meloncat 9,2 persen, Tesla Inc melonjak 3,8 persen dan Broadcom Inc melesat 3,8 persen.

Dominasi saham saham teknologi kali ini sekaligus mengukuhkan ketergantungan Wall Street dalam menapak zona penguatan dalam beberapa tahun terakhir.

Situasi ini tentu akan menjadi bekal penting bagi sesi perdagangan saham di Asia pada hari kedua pekan ini, Selasa 3 September 2024.

Catatan menunjukkan, minimnya agenda rilis data perekonomian terkini di Asia dalam mengarungi sesi hari ini. Rilis data inflasi Korea Selatan yang telah dilakukan beberapa jam lalu memperlihatkan kinerja inflasi yang melegakan dengan berada di kisaran 2 persen untuk bulan Agustus.

Pelaku pasar kini menatap rilis data neraca dagang dari Australia yang akan dilakukan pada jam 08.30 WIB. Agenda yang lebih menonjol barangkali akan terjadi pada malam nanti waktu Indonesia Barat, di mana Amerika Serikat akan merilis data indeks PMI.

Laporan terkini dari jalannya sesi perdagangan di Asia menunjukkan, Indeks Nikkei (Jepang) yang naik 0,27 persen di 38.805,35, Indeks KOSPI (Korea Selatan) menguat 0,39 persen di 2.691,3, dan indeks ASX200 (Australia) turun tipis 0,3 persen di 8.085,4.

Dengan latar sentimen yang tak terlalu menggembirakan di bursa saham global, sesi perdagangan saham di Jakarta diperkirakan akan kembali terjebak di rentang terbatas. Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang pada sesi perdagangan kemarin mampu bertahan positif di rentang moderat, sangat mungkin akan terbilang di sesi hari ini.

Pelaku pasar di Jakarta diperkirakan akan turut mencermati situasi domestik terkini dari hancurnya perusahaan BUMN farmasi, Indofarma. Perusahaan yang sahamnya telah bertahun-tahun diperdagangkan di bursa efek itu kini diambang kehancuran dengan menunggak gaji karyawan hingga Rp95 miliar.

Kabar menggemparkan ini tentu tak terlalu mengejutkan bagi investor. Hal ini terlihat dari gerak harga saham Indofarma yang berkode INAF itu yang telah terhenti di Rp126 sejak awal Juli lalu. Pemerintahan Jokowi menjelang lengser, terlihat telah mewariskan situasi BUMN yang sangat suram dan pelaku pasar perlu mencermati dengan seksama.

Situasi yang tak jauh berbeda juga diyakini akan menghampiri pasar uang, di mana nilai tukar Rupiah kini membuka peluang besar untuk berbalik menguat usai terseret dalam pelemahan pada sesi perdagangan kemarin. Prospek yang lebih menjanjikan Rupiah kali ini terutama dilandasi oleh situasi di pasar uang global yang belum memperlihatkan adanya tekanan jual lanjutan yang signifikan.

Hingga sesi perdagangan pagi Ini di Asia, seluruh mata uang utama dunia terlihat mason mencoba berbalik menguat usai keruntuhan tajam di dua hari terakhir pekan lalu. Terhenti ya tekanan jual pada mata uang utama dunia, sudah tentu akan menjadi bekal penting bagi Rupiah untuk menghentikan pelemahan.

Situasi ini juga mendapatkan sokongan dari pola teknikal yang terbentuk. Catatan tim riset RMOL terkini memperlihatkan, tren penguatan Rupiah yang masih bertahan solid hingga kini, untuk membuka lebar peluang penguatan lebih jauh. Sentimen andalan dari ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed beberapa pekan ke depan, mason akan menjadi motor penting bagi optimisme pelaku pasar.

Rupiah bahkan diyakini akan mampu mengkandaskan Dolar AS hingga level psikologis nya di kisaran Rp15.000 dalam beberapa hari atau pekan sesi perdagangan ke depan.rmol news logo article
EDITOR: ADE MULYANA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA