Seperti dikutip
Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober turun 0,09 persen menjadi 78,75 Dolar AS (Rp1,21 juta).
Sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun 0,14 persen ke 75,80 per Dolar AS (Rp1,17 juta).
Kedua kontrak ditutup naik 1 Dolar pada perdagangan Kamis (29/8) yang didorong oleh kekhawatiran pasokan minyak.
Menurut keterangan para analis, pergerakan harga minyak itu terjadi karena tarik menarik sentimen antara kekhawatiran pasar atas konflik yang masih memanas di Timur Tengah dengan melemahnya permintaan minyak.
Dalam konflik di Timur Tengah, sentimen tersebut berasal dari penghentian separuh produksi minyak Libya atau sekitar 700 ribu barel per hari (bph) pada Kamis kemarin.
Tidak hanya penghentian produksi, ekspor minyak dari negara itu juga disetop di beberapa pelabuhan akibat perselisihan internal.
Perusahaan konsultan, Rapidan Energy Group menjelaskan kerugian produksi minyak Libya bisa mencapai antara 900 ribu dan 1 juta barel per hari dan berlangsung selama beberapa minggu.
Di tengah masalah tersebut, pasokan minyak Irak juga diperkirakan akan menyusut setelah produksi negara itu melampaui kuota yang disepakati dengan OPEC+.
Untuk itu, Irak berencana mengurangi produksi minyaknya menjadi antara 3,85 juta dan 3,9 juta barel per hari pada bulan depan.
Meskipun sentimen tersebut cukup positif bagi harga minyak, namun penguatan masih tertahan oleh besarnya kekhawatiran pasar atas prospek permintaan minyak ke depan, khususnya permintaan dari China yang merupakan salah satu importir besar minyak dunia.
BERITA TERKAIT: