Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Langkah Jokowi-KIM Plus Berbahaya, IHSG-Rupiah Lengser

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/ade-mulyana-5'>ADE MULYANA</a>
OLEH: ADE MULYANA
  • Kamis, 22 Agustus 2024, 23:34 WIB
Langkah Jokowi-KIM Plus Berbahaya, IHSG-Rupiah Lengser
Foto ilustrasi
rmol news logo Petaka yang dikhawatirkan akhirnya terjadi: situasi politik domestik yang memanas, dengan cepat memupus optimisme yang sedang menipis di bursa saham. Hampir seluruh saham unggulan rontok tak berdaya di zona merah akibat tekanan jual yang mendera. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) oleh karenanya tersungkur di zona merah di tengah masih bertahan positifnya bursa saham Asia.

Sentimen domestik dari aksi massa yang berniat mengawal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait pilkada membuat pelaku pasar di Jakarta jatuh dalam pesimisme. Aksi demonstrasi yang terjadi bersamaan di beberapa kota besar di Indonesia dengan jelas menuntut DPR mematuhi putusan MK dan bukan menganulirnya melalui revisi perundangan yang terlihat direstui istana.

Aksi demonstrasi terlihat cukup besar terutama di Jakarta, yang sekaligus mencerminkan betapa berbahayanya langkah DPR dari koalisi KIM plus yang menyokong Presiden Jokowi. Kabar terkini dari aksi demonstrasi menyebutkan, DPR yang tidak membahas RUU pilkada untuk menenangkan demonstran. Namun situasi di pasar saham dan pasar uang sudah terlanjur pesimis.

Sementara sentimen dari rilis data perekonomian terkini dari regional belum tersedia, dipadu dengan optimisme di Asia yang terbatas, investor di Jakarta akhirnya lebih cenderung berbalik melakukan tekanan jual. Pantauan juga memperlihatkan, gerak IHSG yang konsisten menapak zona pelemahan di sepanjang sesi perdagangan. IHSG kemudian menutup sesi dengan lengser 0,87 persen di 7.488,6.

Tinjauan lebih rinci menunjukkan, hampir seluruh saham unggulan yang masuk dalam jajaran teraktif ditransaksikan mengalami penurunan dalam rentang bervariasi. Saham-saham BUMN pilihan yang tergabung dalam IDXBUMN20 bersama dengan saham-saham dengan kinerja moncer yang tergabung dalam IDXG30 menjadi yang paling menderita. Catatan menunjukkan, IDXBUMN20 yang terpangkas 1,64 persen setelah berakhir di 401,8, sementara IDXG30 terbabat 1,54 persen di 155,3.

Laporan juga memperlihatkan, saham-saham unggulan yang berjatuhan dalam sesi kali ini, seperti BBRI turun 0,98 persen di Rp5.050, BMRI turun 2,75 persen di Rp7.050, BBNI turun 3,21 persen di Rp5.275, ASII turun 1,47 persen di Rp5.000, BBCA turun 0,95 persen di Rp10.325, TLKM turun 1,68 persen di Rp2.920, dan ISAT turun 3,19 persen di Rp10.600.

Saham unggulan tercatat hanya menyisakan Saham terkait tambang Batubara yang mampu bertahan hijau, seperti ADRO naik 3,06 persen di Rp3.360 dan UNTR naik 4,27 persen di Rp26.225.

Gerak merah IHSG kali ini terbilang mitis, di tengah masih mampunya indeks di Asia bertahan positif. Indeks Nikkei (Jepang) menutup sesi dengan naik moderat 0,68 persen di 38.211,01, sementara indeks KOSPI (Korea Selatan) menguat 0,24 persen di 2.707,67, dan indeks ASX200 (Australia) terangkat 0,21 persen di 8.027,0.

Serangkaian laporan yang beredar menyebutkan, pelaku pasar di Asia yang mencermati rilis data PMI flash dari Jerman yang sebesar 42,1 yang mengindikasikan terjadinya kontraksi di sektor manufaktur. Sementara indeks PMI flash dari Inggris dilaporkan sebesar 52,5 atau terjadi pertumbuhan.

Namun sentimen berikutnya yang lebih dinantikan investor adalah pernyataan Jerome Powell dalam gelaran simposiun ekonomi Jackson Hole pada Jumat besok untuk menentukan arah Indeks lebih lanjut.

Rupiah Gagal Ikuti Penguatan Global

Pengaruh sentimen domestik dari panasnya perpolitikan nasional juga menjalar hingga pasar uang. Pantauan memperlihatkan nilai tukar Rupiah yang konsisten menapak pelemahan di sepanjang sesi perdagangan hari ini. Rupiah bahkan menjadi mata uang dengan pelemahan terburuk di Asia.

Hingga sesi perdagangan sore ini berlangsung, Rupiah terpantau berada di kisaran Rp15.595 per Dolar AS atau merosot curam 0,75 persen. Sedangkan dari pasar uang global dilaporkan, gerak mata uang utama Dunia yang Masih mampu bertahan di lev terkuatnya dalam beberapa bulan terakhir. Terlebih pada mata uang Euro dan Poundsterling, yang masih bertahan melampaui level psikologis nya. Sentimen dari ekspektasi penurunan suku bunga oleh The Fed, Masih menjadi motor penguatan tersebut. Namun Rupiah justru gagal mengikuti irama penguatan tersebut akibat sentimen domestik.

Kabar baiknya, tinjauan teknikal masih menunjukkan tren penguatan Rupiah yang masih bertahan meski telah mengalami koreksi dalam dua hari sesi perdagangan secara beruntun.rmol news logo article
EDITOR: ADE MULYANA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA