Hal tersebut dikatakan Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers, Rabu (24/4), setelah BI menaikkan suku bunga acuan ke 6,25 persen.
"Dalam skenario kami, FFR akan turun sekali di 25 basis poin di triwulan IV, yang kemudian kemungkinan di Desember 2024. Itulah baseline skenario," kata Perry, dikutip Kamis (25/4).
Meski demikian, dalam skenario tersebut Perry juga mengatakan adanya risiko FFR baru akan turun pada awal 2025 mendatang.
"Potensial risikonya, FFR tidak turun pada 2024, tetap seperti yang sekarang. Baru turun ke 25 basis poin di kemungkinan triwulan I atau triwulan II 2025," jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Perry menjelaskan bahwa tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) membuat pihaknya memprediksi FFR turun lebih kecil dan lebih lama dari prakiraan, yang sejalan dengan pernyataan para pejabat Federal Reserve System.
Sehingga perkembangan itu dan besarnya kebutuhan utang AS mengakibatkan yield US Treasury terus meningkat dan membuat dolar AS semakin tinggi secara global.
Kondisi itu akan menyebabkan melemahnya sejumlah mata uang dunia seperti yen Jepang dan yuan China, hingga rupiah Indonesia.
"Ketidakpastian pasar keuangan global semakin buruk akibat eskalasi ketegangan geopolitik di Timur Tengah, menyebabkan investor global memindahkan portfolionya ke aset yang lebih aman seperti mata uang dolar AS dan emas, sehingga menyebabkan pelarian modal keluar dan pelemahan nilai tukar di negara berkembang semakin besar," pungkas Perry.
BERITA TERKAIT: