Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, saat ini pemerintah sedang mempertimbangkan negara-negara yang berlokasi di Benua Afrika untuk suplai minyak mentah, di tengah eskalasi konflik Timur Tengah.
Menurutnya, pemilihan tersebut mengingat pengiriman dari Afrika tidak melewati Timur Tengah.
"Kami kalau lihat dari pemetaannya, kami bisa lihat kalau dari Afrika kan tidak lewat (Timur Tengah)," kata Arifin di Kantor Direktorat Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Jakarta, dikutip Senin (22/4).
Pemerintah juga sedang mempertimbangkan suplai dari negara-negara di kawasan Amerika Latin.
Tidak hanya mencari alternatif untuk minyak mentah, Arifin mengatakan pemerintah juga sudah mencari alternatif suplai untuk LPG apabila gejolak Timur Tengah mengancam stok LPG nasional.
Namun begitu, ada resiko lain seperti tingginya biaya pengiriman karena jarak yang terlalu jauh.
“Ongkosnya mahal. Ini semuanya akan berdampak,” ujar Arifin.
Konflik antara Iran dengan Israel dikhawatirkan berdampak pada pasokan minyak mentah. Pemerintah Indonesia harus mengambil langkah-langkah pengamanan suplai apabila terjadi kesulitan pengiriman akibat ketegangan antara Iran dengan Israel.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji telah menyoroti pentingnya pengaruh Selat Hormuz terhadap stabilitas harga minyak dunia, karena lebih dari 20 ribu vessel (kapal) yang membawa puluhan juta barel minyak melintasi selat tersebut.
“Pada intinya, (hasil kajian menunjukkan) peran dari Selat Hormuz itu penting sekali. Selat Hormuz itu kan bisa dikelola atau dipegang oleh Iran, itu sangat menentukan,” ujar Tutuka.
BERITA TERKAIT: