Menurutnya, para pelaku ritel masih memiliki beberapa waktu sebelum tutup tahun dan target ini dinilai positif bisa tercapai.
Ia menilai, pada 2022 pertumbuhan ritel Indonesia berada di kisaran 3,8 - 3,9 persen. Bahkan, bila suasana kondusif bisa terjaga, kemungkinan pertumbuhan di atas 4 persen bisa tercapai. Namun, menurut Roy, seringkali ada situasi yang sulit dikontrol, seperti suasana politik, ketersediaan pangan, serta kestabilan harga.
"Tentunya tidak lepas daripada kejadian-kejadian di global. Dimana ini juga berkaitan juga dengan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal kita,” kata Roy.
Ia menegaskan suasana kondusif dipengaruhi oleh dua aspek, yaitu pesta demokrasi dan kestabilan pasokan serta harga kebutuhan.
Beberapa komoditas pangan yang harus menjadi perhatian pemerintah menjelang akhir 2023 meliputi beras, gula, bawang putih dan cabai. Kebutuhan barang pokok tersebut diprediksi akan mengalami peningkatan.
Roy juga menyampaikan bahwa kondisi industri atau sektor ritel modern belum pulih 100 persen setelah pandemi Covid-19. Ditambah lagi dengan berbagai peristiwa yang terjadi di dunia seperti masalah geopolitik dan juga di dalam negeri.
"Kedua terjadi anomali finansial. Gejolak finansial atau gejolak keuangan karena geopolitiknya kena, maka finansialnya kena. kita tahu inflasi tinggi itu masih ada di berbagai negara yang masih punya inflasi 78-120 persen," kata Roy.
BERITA TERKAIT: