Per tanggal 18 Juli lalu, cakupan area yang tercemar mencapai 45,37 km persegi di perairan Karawang, Jawa Barat.
Data tersebut sebagaimana diambil Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) dari citra satelit ESA sentinel 1 yang bisa diakses oleh publik.
"Sekarang penyebarannya sudah semakin luas karena tumpahan itu belum berhenti sampai sekarang," terang Manager Kampanye Energi & Perkotaan WALHI, Dwi Sawung di kantornya di daerah Mampang, Jakarta, Senin (29/7).
Untuk itu, dia mengingatkan agar Pertamina segera menyiapkan diri untuk melakukan upaya pembersihan sebelum minyak mencapai daratan. Terlebih, penambalan kebocoran membutuhkan waktu paling sedikit 8 minggu.
"Saat ini (kebocoran) di angka 3.000 barel per hari dan luasan penyebaran pencemaran belum berhasil diatasi," terangnya.
Selain masalah penanganan, Dwi turut prihatin atas sikap Pertamina yang tidak memberi tahu ke warga dan nelayan setempat mengenai kebocoran ini. Apalagi, masyarakat sekitar kebocoran yang akan terancam kesehatannya.
"Ada warga yang pusing itu ada akibat beberapa zat yang memang berbahaya, "imbuhnya.
Dia kemudian mencontohkan kasus kebocoran minyak di Florida, Amerika Serikat. Di mana, pemerintah langsung bereaksi cepat dengan memberi pemberitahuan kepada masyarakat untuk tidak beraktivitas di sekitar pantai.
"Tapi kalau di sini terkesan ditutupi dan lambat," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: