Rupiah Terus Merosot, Ekonom Peringatkan BUMN Jangan Diprivatisasi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/adityo-nugroho-1'>ADITYO NUGROHO</a>
LAPORAN: ADITYO NUGROHO
  • Jumat, 31 Agustus 2018, 10:42 WIB
Rupiah Terus Merosot, Ekonom Peringatkan BUMN Jangan Diprivatisasi
Foto: Net
rmol news logo Pasar modal dan uang sangat rentan dipermainkan oleh para pemilik modal di bursa efek yang mengakibatkan fluktuatif nilai tukar rupiah terhadap dolar AS luar biasa.

Untuk menjaga kestabilan ekonomi nasional, pengamat ekonomi konstitusi, Defiyan Cori mengatakan, jangan ada lagi privatisasi BUMN ke pasar bursa.

"Pemangku kepentingan (stakeholders) dan masyarakat harus menjaga serta mengawasi BUMN dengan ketat supaya tak ada lagi yang diajukan Initial Public Offering (IPO)-nya oleh pemerintah atau privatisasi ke pasar bursa," ujar Defiyan kepada Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (31/8).

Sambung dia, aksi ambil untung apabila diikuti oleh ketidakpercayaan pada otoritas keuangan dan moneter dalam kabinet pemerintahan Presiden Jokowi terjadi, maka depresiasi rupiah atas dolar AS tinggal menunggu waktu saja.

"Rupiah terus merosot dua atau tiga bulan ke depan, apalagi ditambah dengan beratnya cicilan utang yang jatuh tempo tahun 2018 dan 2019 yang sekitar Rp 400-500 triliun," jelasnya.

Beberapa ekonom seperti Faisal Basri, Ichsanudin Norsy, Hendri Saparini dan lainnya telah mengingatkan pemerintah berulang kali akan hal tersebut.

Tak ketinggalan ekonom senior Rizal Ramli yang paling keras mengingatkan pemerintah terkait merosotnya nilai tukar rupiah dan menipisnya cadangan APBN kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Menurut Defiyan, BUMN seharusnya menjadi tulang punggung perekonomian nasional, bukan diprivatisasi.

"Sebagai ekonom, kami telah mengingatkan potensi ini pada masa awal pemerintahan Jokowi," pungkas Defiyan. [wid]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA