Menurut pakar ekonomi konstitusi, Defiyan Cori, gejala ini sudah tampak saat Inggris menyatakan keluar dari keanggotaan Uni Eropa (Brexit) pada tanggal 27 Maret 2017 dan lebih fokus mengkonsolidasikan perekonomian negaranya.
"Hal yang sama juga terjadi di Amerika pasca terpilihnya Donald Trump sebagai presiden, yang juga melakukan tindakan national economic consolidative," ungkap Defiyan kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (31/8).
Capital outflow atau larinya modal ke luar negeri, sambung Defiyan, bisa dipicu oleh kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve di AS dan biasanya para emiten dan pemilik modal akan selalu mencari celah capital gain.
"Para pemilik modal atau korporasi besar di Indonesia yang paling mungkin melakukannya disebabkan punya kekuatan likuiditas yang cukup besar," tambahnya.
Dengan mencermati cara dan pola perdagangan di pasar bursa dan terutama yang terkait dengan perburuan capital gain, Defiyan menegaskan harus ada strategi yang lebih mendasar dalam memanfaatkan potensi pasar bursa di Bursa Efek Indonesia.
Masih kata dia, jika selama ini persayaratan Initial Public Offering (IPO) didasarkan pada laba sebuah perusahaan calon yang akan masuk bursa, maka cara dan pola ini tentu saja tidak akan memberi peluang perusahaan dalam negeri yang penjualannya cukup baik tapi belum mampu menghasilkan laba.
"Potensi terjadinya capital flight akan lebih besar jika terlalu mengandalkan investor asing untuk menanamkan modalnya lewat emiten yang cenderung juga hanya mengejar capital gain tanpa mampu mengendalikan capital outflow," bebernya.
Hal inilah yang selalu membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS selalu mengalami kemerosotan secara periodik.
"Ini disebabkan ketergantungan pada investor asing yang cukup tinggi dan sewaktu-waktu mereka dapat mempermainkan pasar bursa dan uang. Seperti yang terjadi pada beberapa kasus perusahaan BUMN, yaitu Garuda Indonesia dan Telkom yang selalu rentan dipermainkan di pasar bursa," pungkasnya.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus melemah dalam beberapa bulan terakhir. Hari ini, rupiah tercatat melemah menjadi Rp 14.828 per dolar AS. Pelemahan ini adalah yang terparah sejak awal tahun.
[rus]
BERITA TERKAIT: