Track BUMN Kompetitif Sebagai Mesin Ekonomi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Minggu, 05 Agustus 2018, 18:33 WIB
Track BUMN Kompetitif Sebagai Mesin Ekonomi
Foto: Net
rmol news logo Badan Usaha Milik Negara (BUMN) saat ini diklaim dalam posisi stabil dan kompetitif. Kinerja BUMN tetap potensial sebagai mesin pendulang keuntungan.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko memaparkan, selama tiga tahun kepemimpinan Presiden Jokowi, profit BUMN naik 30 persen. Posisi hutangnya juga aman, yaitu hanya 6,29 persen dari aset.
 
Menggunakan ilustrasi empat bank BUMN, laba bersih Rp 17,61 triliun mampu dihasilkan sepanjang kuartal pertama 2018. Jumlah ini terang Moeldoko, naik 20,96 persen dari periode sama tahun 2016 yang ada di level Rp 14,55 triliun. Kompetensi ini disumbangkan oleh Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, dan Bank Tabungan Negara.
 
"Jadi kinerja BUMN masih dipertanyakan? BUMN sekarang ini justru dalam keadaan sehat. Kinerjanya terus membaik bahkan menjadi sangat positif pada era kepemimpinan Pak Jokowi," kata Moeldoko di Jakarta.
 
Merujuk laporan Kementerian BUMN, sepanjang 2017 melalui 143 perusahaannya untung Rp 187 triliun. Jumlah tersebut pun surplus Rp 44 triliun. Bandingkan pada akhir 2014, keuntungan BUMN berada di grid Rp 143 triliun.
 
"BUMN sangat kompetitif. Semuanya tumbuh setiap tahun. Keuntungan yang didapatkan oleh BUMN dalam tiga tahun terakhir naik cukup signifikan. Total keuntungan tahun 2017 kemarin sampai Rp 187 triliun. Ini jumlah angka yang besar," kata Moeldoko.
 
Lalu, bagaimana dengan aset BUMN? Di bawah kepemimpinan Jokowi, menurut Moeldoko, perusahaan plat merah tersebut mengalami pertumbuhan aset hingga 60 persen hingga 2017. Pertumbuhan asetnya surplus Rp 2.700 triliun dalam tiga tahun terakhir. Sebab, pada 2017 jumlah total aset yang dimiliki BUMN berjumlah Rp7.200 triliun. Bandingkan tiga tahun lalu, aset BUMN ini berada di level Rp4.500 Triliun pada 2014.
 
"Apresiasi harus diberikan bagi Kementerian BUMN yang sudah bekerja keras untuk membuat perusahaannya menjadi kompetitif. Kompetitif sebagai penggerak ekonomi," ujar Moeldoko.

Hutang luar negeri BUMN memang diakuinya mencapai Rp 453 triliun atau 6,29 persen dari aset. Namun, menurut Moeldoko, anggaran tersebut digunakan untuk hal-hal produktif. Dana pinjaman yang masuk digunakan untuk pembiayaan infrastruktur tol, bandara, pelabuhan, dan IPP. Selain berbagai keuntungan jangka panjang, pembangunan infrastruktur juga bisa memiliki nilai "multiplier effect" yang besar bagi masyarakat.
 
"Langkah-langkah strategis yang dilakukan oleh BUMN sudah tepat. Mereka juga sangat memikirkan kemanfaatan secara ekonomi yang lebih luas bagi masyarakat. Pada akhirnya masyarakat ini yang sejahtera," tutupnya. [wid]

 

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA