Ekonom senior, Rizal Ramli, mengatakan, idealnya BUMN di Indonesia bisa menjadi penggerak ekonomi nasional. Kenyataannya adalah BUMN terus merugi karena diisi orang-orang yang tidak kompeten, dijadikan sapi perahan untuk kepentingan elite.
"Seperti di Eropa dan China, BUMN-nya menjadi penggerak percepatan pertumbuhan ekonomi negara. Kok di kita tidak bisa, malah jadi bancakan?†kata Rizal dalam diskusi "RUU BUMN, Mencegah BUMN Jadi ATM Jelang Pemilu 2019" di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (17/7).
Dia mengungkapkan bahwa pengelolaan BUMN sangat amburadul dari tahap penunjukan komisaris dan direksi BUMN. Pemilihan pejabat BUMN cenderung serampangan sehingga bisa diisi orang-orang yang tidak punya kemampuan dalam mengelola BUMN.
"Penunjukan komisaris, direksinya, asal-asalan. Asal nyetor akhirnya bisa jadi komisaris atau direksi," kritik mantan Kepala Bulog ini.
Pria yang pernah menjadi penasihat ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa ini menegaskan bahwa membenahi BUMN sangat mudah dengan satu catatan. Yaitu, tidak ada konflik kepentingan di dalam prosesnya.
Ketika menjabat Menko Perekonomian di masa pemerintahan Abdurrahman Wahid, Rizal Ramli pernah melakukan revaluasi aset PLN sehingga nilainya meningkat jadi Rp 200 triliun saat perusahaan negara itu nyaris bangkrut di tahun 2000.
Ketika menjadi Menko Maritim dan Sumber Daya, Rizal menyarankan pemerintah melakukan revaluasi akhir aset sehingga asetnya meningkat Rp 800 triliun.
"Kalau Rizal Ramli jadi presiden, kita benahi itu semua. Bukannya sombong, satu gebrakan saja waktu saya jadi Menko Maritim bisa hasilkan Rp 1000 triliun," tegasnya.
[ald]