Beberapa negara di Eropa menilai penggunaan kelapa sawit sebagai biodiesel berbahaya bagi lingkungan. Penggunaan kelapa sawit dianggap sebagai penyebab deforestasi atau penebangan hutan serampangan.
Akibat tudingan "miring" itu, arus dagang produk kelapa sawit asal Indonesia ke benua biru itu bakal kena dampaknya. Ekspor hasil olahan kelapa sawit ke kaÂwasan tersebut akan berkurang drastis.
Namun begitu, Menteri Koordinator Kemaritiman (Menko Maritim) Luhut B Panjaitan mengaku telah mengantongi dukungan Vatikan dalam mengÂhadapi kampanye hitam Uni Eropa terhadap produk minyak kelapa sawit Indonesia.
Dalam rilis yang dikirim kepada wartawan, kata Luhut, Lembaga Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian Vatikan sangat conÂcern terhadap nasib para petani sawit dan jutaan orang yang kehidupannya bergantung pada industri kelapa sawit.
"Beliau secara khusus meÂnyatakan apa yang akan terjadi, jika mereka, yang sebagian besar Muslim, tidak mempunyai pengÂhasilan lagi. Kardinal Turkson menggagas mengadakan seminar yang membicarakan hal ini di Universitas Kepausan, di Vatikan bulan depan," bebernya.
Restu dan dukungan Vatikan kepada Indonesia disampaikan Direktur Lembaga Kepausan untuk Keadilan dan Perdamaian Vatikan, Kardinal Peter Turkson pada Rabu (25/4).
Lebih lanjut, Luhut mengaÂtakan, dalam pertemuan yang berlangsung hampir dua jam itu juga membahas soal pencegahan kemiskinan. Jangan sampai, jumlah orang miskin makin bertambah.
Untuk itu, dalam waktu dekat ini direncakan menggelar semiÂnar dengan mengundang sejumÂlah kalangan, seperti unsur Uni Eropa, perusahaan multi-nasionÂal pengguna produk kelapa sawit, petani rakyat khususnya dari Malaysia dan Indonesia, serta lenbaga-lembaga keagamaan.
Rencananya juga, kata Luhut, akan mengundang organisasi keagamaan seperti NU dan Muhammadiyah.
Dalam seminar tersebut, Luhut juga mengaku akan mengunÂdang Menteri Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Kolombia Juan Guillermo Zuluaga.
Kolombia merupakan salah satu negara penghasil sawit terbeÂsar bersama Thailand, Nigeria, Papua Nugini, Guatemala, Pantai Gading dan Honduras. Kolombia merupakan penghasil kelapa sawit ke-4 terbesar di dunia dengan produksi 1,28 juta ton per tahun.
Zulhuga, kata Luhut, juga menilai rencana Uni Eropa menghapus penggunaan biodÂiesel dari kelapa sawit ini cukup mengganggu. Di Kolombia, ada sekitar 5,000 hektare kelapa sawit yang dimiliki petani atau pengusaha kecil menengah.
"Saya melakukan hal yang sama dengan Anda. Kami melakukan berbagai pertemuan dan meluruskan pandangan-pandangan yang salah tentang kelapa sawi. Tuduhan ini sama sekali tidak berdasar," kata Menteri Zuluaga.
Dalam kesempatan itu, Luhut juga menjelaskan kepada Kardinal Turkson terkait upaya yang telah dilakukan Indonesia, seperti pembersihan sungai Citarum sepanjang 300 km yang dilakukan masyarakat sipil, TNI dan Polri.
"Kardinal mengapresiasi usaha-usaha pemerintah dalam mengatasi berbagai masalah lingkungan termasuk pencurian ikan dan kebakaran hutan," tanÂdas Luhut. ***
BERITA TERKAIT: