Program Manager International NGO Forum on Indonesian Development (INFID), Siti Khoirun Ni’mah, menÂgungkapkan selama lima tahun terakhir, kekayaan 50 persen penduduk di Indonesia terus turun dari 3,8 persen terhadap total kekayaan nasional menÂjadi 2,8 persen. Sementara itu, 1 persen penduduk terkaya memiliki 45 persen dari kekaÂyaan nasional.
"Untuk itu, segenap upaÂya penurunan ketimpangan haruslah berkelanjutan. Salah satunya ketimpangan dalam mendapatkan akses atas pekerÂjaan yang layak," katanya di Jakarta, kemarin.
Ni'mah menerangkan, upaya menurunkan ketimpangan secara berkelanjutan bukanlah hal yang mudah, terutama dari segi akses terhadap pekerjaan yang layak. Saat ini dunia menghadapi perubahan corak produksi yang berbasis pada kemajuan teknologi.
Perubahan yang disebut dengan Revolusi Industri Keempat akan menghasilkan jenis pekerjaan baru yang menuntut keterampilan dan keahlian tertentu.
"Perubahan teknologi di Revolusi Industri Keempat berÂpotensi meningkatkan ketimpaÂngan terutama antara pekerja yang memiliki keahlian dengan yang tidak memiliki keahlian. Padahal 52 persen angkatan kerja di Indonesia yang ada saat ini berpendidikan SMP ke bawah," sebutnya.
Untuk itu, pemerintah harus dapat meningkatkan kesemÂpatan kerja bagi masyarakat dengan terus memperbaiki kualitas lembaga pendidikan dan vokasi. Kebijakan terseÂbut juga harus disertai dengan upah yang layak, dan langkah tersebut harus menjadi prioriÂtas pemerintah.
"Pemerintah harus menjaÂmin pendidikan dan pelatihan yang memberikan keahlian dan keterampilan yang memadai beserta tersedianya lapangan kerja. Pada saat yang sama pertumbuhan capital 1 persen orang-orang paling kaya harus didistribusikan kepada 50 persen penduduk miskin melalui kebijakan pajak yang adil dan memastikan tidak ada lagi penghindaran dan pengemplangan pajak," jelasnya. ***
BERITA TERKAIT: