Organda Takut Jumlah Penumpang Taksi Turun

Kereta Bandara Mulai Beroperasi

Kamis, 28 Desember 2017, 08:29 WIB
Organda Takut Jumlah Penumpang Taksi Turun
Foto/Net
rmol news logo Peluncuran kereta bandara memunculkan pro kontra. Di satu sisi bisa menghindari kemacetan saat menuju Bandara Soekarno Hatta (Soetta), tapi di sisi lain akan membuat jumlah penump­ang taksi menurun. Organda takut pendapatan berkurang.

Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) DKI Jakarta Shafruan Sinungan memprediksi, kehadiran kereta bandara bakal menciutkan penumpang taksi dari dan menuju Bandara Soetta hing­ga 20 persen. Namun itu hanya untuk penumpang perorangan.

"Pasti dong berdampak banget ke taksi, termasuk juga angkutan sewa. Perkiraan saya jumlah pen­umpang taksi bisa turun 15-20 persen, tapi itu yang penumpang perorangan ya," katanya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Sebagai transportasi massal, Shafruan mengakui keunggulan kereta bandara ada pada tarif, dan waktu yang singkat ketimbang naik taksi. Penumpang cukup merogoh Rp 70.000 dari Sta­siun Sudirman menuju Bandara Soetta. Ditambah, antusiasme masyarakat karena ada promo Rp 30 ribu hingga 1 Januari 2018.

Dia mencontohkan, perbandin­gan ongkos yang harus dikeluar­kan masyarakat dari Cawang ke Bandara Soetta. Dengan kereta bandara, masyarakat bisa meng­gunakan Bus TransJakarta Rp 3.500 menuju Stasiun Sudirman, disambung kereta bandara Rp 70.000. Alhasil biaya yang dibu­tuhkan hanya Rp 73.500.

Sedangkan naik taksi, dari asal dan tujuan yang sama ongkos­nya bisa mencapai Rp 200.000. "Jelas lebih murah bukan (kereta bandara) untuk penumpang per orangan. Tentu masyarakat lebih pilih kereta bandara daripada taksi," cetus Shafruan.

Meski begitu, tidak selamanya kereta bandara unggul. Shafruan mengatakan, jika masyarakat pergi dengan rame-rame, lebih murah menggunakan taksi. Sebut saja ada empat orang ingin pergi ke Bandara Soetta, dengan kereta bandara menghabiskan ongkos Rp 280.000. Sementara taksi hanya Rp 200 ribu.

Shafruan mengklaim taksi leb­ih praktis, karena bisa mengan­tar penumpang sampai rumah. Berbeda dengan kereta bandara yang harus singgah di stasiun, kemudian disambung dengan moda transportasi lain untuk mencapai tempat tinggal.

"Sebenarnya tidak masalah juga ada kereta bandara. Lagi pula ini bicara kepentingan masyarakat, tapi pasti kami kemakan kereta. Kami berharap pengusaha taksi meningkatkan kenyamanan, kar­ena nantinya jenis taksi sedan di bandara dikurangi, dan diganti­kan jenis Multi Purpose Vehicle (MPV) untuk orang dan barang," imbuhnya.

Dirut Angkasa Pura II Mu­hammad Awaluddin menyebut, kereta bandara bisa mengurangi kemacetan Jakarta. Di waktu normal, ada 150.000 penump­ang yang datang ke Bandara Soeta. Di saat liburan akhir tahun, penumpang bisa lebih dari 200.000.

Menurut Awaluddin, dengan kereta bandara, penumpang akan terserap dan mengurangi jumlah kendaraan yang beredar di jalan. Selama ini, pengguna jasa Ban­dara Soetta terserap dengan sejumlah armada transportasi, di antaranya taksi, bus, dan Jakarta Airport Connection.

Direktorat Jenderal Perk­eretaapian Kementerian Per­hubungan (Kemenhub) dan PT Railink Indonesia mengevaluasi pengoperasian kereta bandara setelah operasi komersial per­dana, Selasa (26/12). ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA