80 Juta Buruh Rentan Kehilangan Pekerjaan

Tren Mesin Gantikan Tenaga Manusia Makin Marak

Senin, 20 November 2017, 09:04 WIB
80 Juta Buruh Rentan Kehilangan Pekerjaan
Foto/Net
rmol news logo Seruan Presiden Jokowi kepada semua pihak agar bersiap diri menghadapi revolusi industri harus disikapi dengan cepat. Tren pabrik mengganti tenaga manusia dengan mesin makin marak di Asia Tenggara. Puluhan juta buruh di Tanah Air rentan kehilangan pekerjaan.

Saat ini belum terlambat untuk mengantisipasi ancaman ledakan pengangguran di Indonesia. Karena, sebagian besar industri masih menggunakan tenaga manusia untuk memproduksi barang.

"Sejauh ini banyak pekerjaan di Indonesia masih mengguna­kan tenaga manusia. Karena, menggunakan mesin, investasinya mahal. Tapi harus disadari, kini seluruh industri mengarah ke sana (gunakan teknologi)," ungkap Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Per­industrian Johnny Darmawan kepada Rakyat Merdeka, pada akhir pekan.

Johnny mengatakan, isu revolusi industri keempat bu­kan sekadar isapan jempol be­laka. Beberapa industri padat karya di Thailand, Malaysia dan Filiphina, mulai memanfaat­kan tenaga robotik dan sistem digitalisasi untuk menggen­jot produksi. Kedatangan tren tersebut di negara manapun tidak bisa dicegah. Apalagi, keter­ampilan tenaga kerja Indonesia dianggap rendah.

"80 juta tenaga kerja kita lulusan SD, SMP, dan SMA, ke­mampuannya diragukan. Nggak bisa dicegah (gunakan tenaga mesin-red). Sekarang ini yang diperlukan bagaimana menga­tasinya," katanya.

Johnny memaparkan alasan kenapa pebisnis atau investor cenderung bakal menggunakan tenaga mesin. Menurutnya, mesin memiliki kemampuan produksi berkali-kali lipat dibandingkan tenaga manusia. Contohnya pada industri tekstil, pembuatan baju. Tenaga manu­sia hanya mampu menghasilkan 2 helai per hari. Untuk bisa memenuhi permintaan 100 helai baju, sebuah industri membu­tuhkan 50 pekerja. Sementara, satu mesin bisa memproduksi 20 helai per hari artinya perusahaan cukup menyediakan 5 mesin saja untuk mencapai 100 helai. Dan, untuk menjalankan mesin itu, perusahaan hanya butuh 5 orang pekerja.

Johnny mengingatkan, indus­tri mengganti tenaga manusia sebenarnya sudah mulai terjadi di Indonesia. Antara lain, dilaku­kan pabrik rokok Sampoerna dan Bentoel. Hal itu dilakukan dengan alasan efisiensi. Dia berharap, pemerintah sudah memikirkan antisipasinya dari sekarang.

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D Sugiarto mengaku, untuk industri oto­motif, sebagian besar masih mengandalkan tenaga manusia. Apalagi, produsen masih mampu memenuhi permintan pasar.

"Dari kapasitas produksi na­sional yang mencapai 2,2 juta unit per tahun, produsen rata-rata mampu memproduksi kendaraan sebanyak 1,1 juta unit hingga 1,2 juta unit. Jadi, belum ada pe­rubahan besar ke tenaga mesin," jelasnya.

Sebelumnya, Presiden Jokowi mewanti-wanti semua kalangan agar bersiap diri menghadapi revolusi industri ke empat. Mengutip proyeksi International Labour Organization (ILO), Jokowi menyampaikan, revolusi industri akan menghilangkan 56 persen kesempatan kerja di Asia.

Kawal Lewat Regulasi

Ketua Konfederasi Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (Kasbi) Nining Elitos menilai, dampak negatif revolusi industri bisa diantisipasi melalui regulasi yang berpihak kepada pekerja.

"Soal skill (keterampilan) kan bisa ditingkatkan melalui balai latihan kerja (BLK). Yang paling penting aturannya dahulu diper­kuat. Pemerintah harus mence­gah perusahaan bisa seenaknya memberhentikan pekerjanya," kata Nining.

Nining mengingatkan, pe­merintah memiliki kewajiban menyediakan lapangan kerja. Jangan sampai isu revolusi in­dustri dijadikan kambing hitam atas terjdinya pengangguran.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhis­tira Adhinegara menuntut peran Kementerian Tenaga Kerja (Ke­menaker) untuk lebih cekatan dalam menghadapi berbagai tantangan masalah ketenagakerjaan.

"Kami belum melihat ada program yang komprehensif dan berdimensi jangka panjang seba­gai respon atas dampak maupun untuk menghadapi revolusi industri," katanya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA