Akibat penurunan penÂjualan emas ini, pada semester I-2017, perseroan mencatat rugi periode berjalan sebesar Rp 496,12 miliar, hampir Rp 500 miliar. Padahal, pada periode yang sama tahun sebeÂlumnya, Antam masih mampu mencetak laba periode berjalan sebesar Rp 11,03 miliar.
Direktur Utama Antam Arie Prabowo Ariotedjo menjelaskan, anjloknya penjualan emas ini disebabkan oleh adanya gangguan fasilitas pemurnian logam mulia yang terjadi di awal 2017. Namun, Antam mengklaim permasalahan ini telah terselesaikan.
Selain penjualan emas, pada semester I 2017, volume penÂjualan feroniel Antam juga turun 4 persen atau menjadi 7.791
onnes of Nickel ConÂtained in Ferronickel (TNi) dari periode serupa tahun lalu sebanyak 8.092 TNi.
"Penurunan volume penÂjualan feronikel dan emas ini mengakibatkan penjualan bersih Antam semester I 2017 turun 28 persen menjadi Rp3,01 triliun, dibandingkan nilai penjualan semester I 2016 sebesar Rp 4,16 triliun," kata Arie dalam keterangan resminya kemarin.
Menurut Arie, penurunan volume penjualan imbas dari dilakukannya pekerjaan pengÂgantian roof di
electric smelting furnace (ESF) 3 dan optimasi fasilitas produksi pabrik FeNi III di Pomala, Sulawesi TengÂgara yang memiliki kapsitas operasi 10.000 TNi per tahun.
Antam mengklaim, pekerÂjaan penggantian roof ESF-3 dan optimasi fasilitas produksi telah selesai dilakukan di pertengahan Maret 2017. DenÂgan begitu, tingkat produksi pabrik feronikel di Pomalaa teÂlah kembali berjalan optimal.
"Selain masalah teknis, penurunan volume penjualan juga disebabkan adanya keÂbijakan manajemen untuk melakukan ekspor feronikel di paruh kedua 2017 seiring ekspektasi peningkatan harga nikel," sambung Arie.
Meski kinerja perseroan beÂlum membaik, Antam mencatat pertumbuhan
Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization/EBITDA atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi pada paruh pertama tahun ini sekitar 35 persen atau menjadi Rp 361,8 miliar.
"Kinerja ebitda yang positif juga dapat diraih meski terdaÂpat penurunan volume penÂjualan komoditas utama ferÂonikel dan emas," kata Arie.
Laba kotor perseroan juga masih lebih tinggi pada semesÂter pertama tahun ini, yakni Rp134,7 miliar dibanding periode yang sama tahun sebelÂumnya, Rp119,9 miliar. ***
BERITA TERKAIT: