Indef Kritik Argumen Menkeu Cs Soal Utang Indonesia

Senin, 28 Agustus 2017, 09:11 WIB
Indef Kritik Argumen Menkeu Cs Soal Utang Indonesia
Foto/Net
rmol news logo Institute Development of Economics and Finance (Indef) mengkritik argumentasi pe­merintah mengenai utang Indo­nesia yang selama ini diklaim aman dengan membanding­kannya dengan negara besar seperti Jepang dan Amerika Serikat (AS).

"Itu tidak apple to apple jika membandingkan utang Indonesia dengan Jepang atau Amerika Serikat (AS) karena jelas berbeda. Negara itu memiliki utang mayoritas dikuasai penduduknya sendiri. Sementara Indonesia, 39 persen dikuasai asing," kata Ekonom Indef Bhima Yudhistira kepada wartawan di Jakarta, kemarin.

Dia menilai, pemerintah merasa aman karena utang berada di posisi 28 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) sedangkan Jepang mencapai 200 persen dari PDB. Menu­rutnya, sikap aman itu perlu dikoreksi.

Bhima menilai, negeri Sakura lebih layak merasa aman meskipun mencapai 200 persen dari PDB karena 70 persen utang itu dimiliki pen­duduk sendiri. Artinya, ketika kondisi perekonomian mem­buruk, uang masih beredar di negerinya sendiri.

"Bagaimana dengan Indo­nesia? Jika kondisi ekonomi Indonesia bergejolak, maka semua uang akan kabur karena 39 persen utang dikuasai asing. Dampaknya ekonomi akan ter­guncang. Ini harus dibedakan," terangnya.

Selain soal perbandingan dengan negara lain, Bhima juga mengkritik dalil pemerintah yang menyebutkan utang bukan masalah sepanjang dimanfaatkan untuk kegiatan yang produktif.

Menurut Bhima, utang In­donesia salah satunya adalah untuk ambisi proyek infrastruk­tur. Bahkan, subsidi pun dipo­tong untuk membiayai in­frastruktur. Sayangnya, proyek infrastruktur yang dibangun di Indonesia dikuasai oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Menurutnya, hal tersebut justru kontraproduktif dengan tujuan pemerintah untuk menarik utang.

"Kalau dikuasai BUMN, utang itu hanya akan dirasa­kan manfaatnya oleh BUMN. Bukan ke masyarakat. Re­komendasinya adalah segera diperbaiki. Jangan infrastruk­tur dikuasai BUMN, beri­kan ksempatan swasta untuk proyek infrastruktur," pung­kasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA