KAI Siap Bangun Jalur Rel Dari Tegal luar Ke Stasiun Cimekar

Beri Akses Ke Pengguna Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Senin, 21 Agustus 2017, 09:06 WIB
KAI Siap Bangun Jalur Rel Dari Tegal luar Ke Stasiun Cimekar
Foto/Net
rmol news logo PT Kereta Api Indonesia/KAI (Persero) tengah melakukan kajian atau feasibility study (fs) untuk membangun jalur rel dari Stasiun Tegalluar, Kabupaten Bandung menuju Stasiun Cimekar guna memberikan akses bagi pengguna kereta cepat Jakarta-Bandung menuju Kota Bandung.

Direktur Utama KAI, Edi Suk­moro mengatakan, tujuan akhir kereta cepat berhenti di Tegal­luar, sementara orang bepergian itu tujuannya ingin ke kota Bandung. Sehingga diperlukan akses, salah satunya dengan me­nambah jalur rel yang ada.

"Jalur eksisting itu Bandung sampai Cimekar, yang belum ada itu Cimekar-Tegalluar, itu paling hanya 2-3 kilometer. Tapi, total sampai Bandung 22-24 km," ujarnya, di Jakarta.

Karenanya, pihaknya telah mengajukan surat permohonan pembangunan prasarana moda transportasi berbasis rel tersebut ke Gubernur Jawa Barat dan hingga kini masih menunggu balasan dari Pemprov Jabar.

Menurutnya, dalam pengajuan ijin tersebut juga sudah terdapat penlok (penetapan lokasi) daerah-daerah yang akan dibebaskan lahannya untuk pembangunan rel.

Disisi lain, pihaknya memi­liki dua alternatif pembangunan prasarana moda transportasi lanjutan berbasis rel dari Stasiun Tegalluar, yakni menggunakan kereta api biasa tanpa harus melakukan elektrifikasi pada jalur KA atau dengan meng­gunakan kereta api ringan (light rail transit/LRT).

"Kedepannya, arahan bu Men­teri (Rini Soemarno-red) itu dibangun LRT. Kalau gunakan ini, berarti listrik, langsung ke Bandung. Rencana jalurnya le­wat PVJ (Paris Van Java), ITB, UNPAD, Dukomsel, Dago lalu balik lagi bandara," jelasnya.

Namun, bila pembangunan hanya menggunakan kereta biasa, ia mengusulkan agar jalur rel tidak perlu dibangun elevated (melayang), cukup dengan penim­bunan (urugan) saja karena berada di kawasan persawahan. Artinya, biaya atau investasi yang dikeluar­kan pun nilainya juga tidak besar.

"Ya kalau cuma urugan saja, kita punya duitnya. Paling seki­tar Rp 150 miliar per kilometer­nya. Lebih, diluar tanah. Itu ka­lau non-LRT ya. Kalau LRT kan harus elektrifikasi," katanya.

Sebelumnya, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan, hingga kini pembangunan trans­portasi massal seperti LRT dan Cable Car Bandung belum bisa dimulai karena masih menunggu keputusan dari pemerintah pusat.

"Sebenarnya sudah 99 persen persyaratan dan kesiapan untuk pembangunan proyek ini. Ting­gal 1 persen yakni perizinan dari pemerintah pusat, jadi belum bisa dilaksanakan," tutur Emil di Kota Bandung, Senin (14/8).

Namun, Pemkot Bandung tetap optimistis proyek pembangunan tetap bisa dilakukan pada Agustus ini. "Mudah-mudahan minggu ini semua dokumen lengkap sehingga, bisa sesuai target. Kita bisa mulai groundbreaking bulan ini," tandasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA