Menurutnya, jika berkaca pemasukan dari sektor investasi di tahun 2015 hingga semester I tahun 2017, hanya mencapai 31 persen, bahkan hanya tembus di angka 34 persen. Padahal, pemerintah telah memberikan stimulus melalui 14 paket kebijakan ekonomi.
"Di tahun 2016 kemarin juga masih di 32 persen. Jadi 14 paket kebijakan ini, stimulus nggak mulus. Jadi butuh strategi untuk bisa mencapai apa yang dijanjikan dalam RAPBN 2018 yang disampaikan Presiden di sidang paripurna," ujar Enny saat diskusi dengan topik Membaca Rancangan Ekonomi Tahun Depan dikawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (19/8).
Lebih lanjut, Enny menilai, Pemerintah harus memiliki strategi ekonomi yang cerdas untuk bisa membuktikan janjinya yang tertuang di dalam R-APBN Tahun 2018. Mengingat, target tersebut bukan lagi pertaruhan pemerintah Joko Widodo dan Jusuf Kalla melainkan tahun pembuktian kepada masyarakat jika keduanya ingin melanggengkan kekuasaan pada 2019 mendatang.
Menurutnya, pemerintah perlu menimbang pilihan strategi untuk mengakselerasi pertumbuhan. Misalnya, dengan melihat apakah lebih efektif memperbesar belanja pemerintah atau memberikan insentif terhadap dunia usaha.
"Persoalannya, ketika target 5,4 persen, postur anggarannya tidak ada terobosan. Strategi yang diusulkan juga tidak ada hal yang spektakuler. Kalau misalnya target hanya dokumen dan tidak mampu terealisasi, yang menjadi korban adalah masyarakat. Misalnya, daya belinya yang menurun atau kesulitan mendapat lapangan kerja," demikian Enny.
[san]
BERITA TERKAIT: