177 WNI asal Sulawesi Selatan itu dicegah beberapa saat sebelum mereka menaiki pesawat Philippine Airlines (PAL) dengan nomor penerbangan PR 8969 tujuan Madinah di Bandara Internasional Ninoy Aquino, Manila, Jumat (19/8) dini hari. Kepala Imigrasi Filipina Jaime Morente menyebut, praktik ilegal itu terbongkar setelah pihaknya curiga ke-177 orang itu tak berbahasa Filipina.
"Mereka membaur dengan rombongan haji negara kami. Tapi tak satu pun dari mereka yang bisa pakai bahasa Filipina atau Tagalog. Bahasa Inggris pun dipandu," ungkap Morente seperti dilansir Philipina Stars.
Setelah dicecar petugas, akhirnya mereka mengaku WNI. Mereka masuk ke negara itu sebagai turis sejak beberapa pekan lalu. Bersama mereka ditangkap pula 5 orang warga Filipina yang diduga adalah pendamping. Kelima warga Filipina itu diyakini sebagai sindikat pemalsu paspor dan telah ditahan oleh Biro Investigasi Nasional (NBI) untuk diselidiki lebih lanjut.
Dari pendamping ini, 177 WNI mendapatkan paspor. Mereka harus merogoh kocek mulai dari 6 ribu hingga 10 ribu dolar AS per orang. Mereka kemudian ditahan di Camp Bagong Diwa, Taguig. Morente menyebut, semua jemaah dikenakan tuduhan melanggar peraturan imigrasi.
Mayor Antonette Mangrobang dari Biro Imigrasi Filipina mengatakan, berdasarkan penyelidikan awal, para jamaah Indonesia itu mencoba berangkat dengan paspor Filipina karena sistem kuota haji dari Saudi membatasi jamaah haji asing, ditambah kuota haji untuk warga Indonesia sudah penuh.
"Tidak ada lagi slot haji untuk warga Indonesia, sebut lima orang pendamping mereka," tuturnya.
Sementara di Filipina masih banyak slot kosong. Dikutip dari
Arab News, Konsul Jenderal Filipina di Arab Saudi Imelda Panolong menyatakan, kuota jamaah haji dari Filipina masih tersisa lebih dari seribu orang. Filipina memperkirakan jumlah jamaah hajinya tahun 2016 hanya 6.841 orang atau lebih sedikit dari kuota yang diberikan Pemerintah Saudi sebanyak 8 ribu orang.
Dari perkiraan 6.841 jamaah haji Filipina, baru 749 jamaah yang sudah tiba di Saudi untuk mengikuti ritual haji tahun ini.
Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemenlu Lalu Muhammad Iqbal mengonfirmasi kebenaran berita ini. Menurut dia, Jumat (19/8) sekitar pukul 09.00, KBRI di Manila dihubungi oleh petugas imigrasi bandara internasional setempat yang memberitahukan adanya sejumlah penumpang Philippines Airlines jurusan Jeddah yang paspornya mencurigakan.
Setelah dilakukan verifikasi awal, terdapat 177 WNI yang hendak menunaikan ibadah haji menggunakan kuota Filipina.
"Mereka diduga kuat menggunakan dokumen palsu yang diatur oleh sindikat di Filipina," kata Iqbal, kemarin. Sejak Jumat malam, KBRI Manila telah mengirimkan bantuan logistik kepada 177 orang tersebut ke detensi imigrasi.
Sementara, kemarin, staf Kemenlu dan Tim KBRI Manila bekerja sama dengan Otoritas Imigrasi Filipina untuk melakukan wawancara dan pendalaman kasus dengan 177 orang tersebut.
"Diharapkan segera dapat ditarik kesimpulan mengenai kasus ini sebagai dasar memberikan rekomendasi kepada pusat mengenai langkah-langkah yang harus dilakukan," ujar Iqbal.
Otoritas Imigrasi Filipina bakal meneruskan kasus ini ke pengadilan agar sindikat yang ada Filipina terbongkar.
Sebelumnya, Presiden Filipina, Rodrigo Duterte sudah memperingatkan, ada orang asing yang menggunakan paspor negaranya yang disediakan oleh pejabat-pejabat yang korup menangani urusan haji. ***
BERITA TERKAIT: