Salah satu concern utama dari perusahaan adalah perlunya peraturan pemerintah mendorong penyerapan susu dari hasil peternak sapi perah lokal sehingga investasi pengolahan susu yang dilakukan dapat berdampak positif pada kesejahteraan peternak susu lokal.
Kepala BKPM Franky Sibarani menyampaikan bahwa minat investasi yang telah disampaikan ke BKPM cukup strategis, di antaranya mengurangi impor hingga US$ 37,2 juta di tahun ke-10, meningkatkan ekspor hingga US$ 615 juta selama 10 tahun. Franky menambahkan, dari sisi ketahanan pangan, minat investasi yang dilakukan juga akan berdampak positif pada peningkatan ketersediaan susu dalam negeri dari sebelumnya 19,5 persen menjadi 40 persen.
Franky menambahkan, perusahaan juga memiliki perhatian terhadap kesejahteraan peternak sapi perah lokal. Berdasarkan kalkulasi yang dilakukan investor, kata Franky, produksi peternak sapi perah lokal melalui KUD juga akan meningkat menjadi 1,42 miliar liter dengan melibatkan 71 ribu peternak sapi perah lokal.
"BKPM senantiasa mendorong setiap investasi yang masuk memberikan kemanfaatan ke masyarakat. Termasuk sektor ini dapat meberikan kemanfaatan bagi peternak sapi," ujar Franky dalam keterangan resmi kepada pers, Selasa (8/12).
Salah satu concern utama dari investor, menurut Franky perlunya peraturan pemerintah untuk mendorong penyerapan susu dari hasil peternak sapi perah lokal sehingga investasi pengolahan susu yang dilakukan dapat berdampak positif pada kesejahteraan peternak susu lokal. Kebijakan menyerap susu lokal diharapkan bisa membantu naiknya harga beli susu ke Koperasi Unit Desa. "Posisi saat ini harga di Tiongkok setara dengan Rp 8500 per liter," ungkapnya.
Menurut Franky pola semacam ini sudah diterapkan di sektor daging sapi, dimana dalam Peraturan Menteri Pertanian No. 139/2014 importir harus melakukan penyerapan sapi daging lokal sebesar 3 persen importir untuk dan 1,5 persen untuk produsen.
Industri pengolahan susu termasuk dalam industri substitusi impor yang menjadi prioritas BKPM. Saat ini, BKPM menetapkan sektor prioritas investasi di antaranya infrastruktur, industri padat karya, pertanian, industri substitusi impor, industri pengolahan ekspor, maritim, hilirisasi pertambangan serta pariwisata dan kawasan industri.
[rus]
BERITA TERKAIT: