Menurut Rizal Ramli, proyek ini jadi incaran Republik Tiongkok dan Jepang. Jika salah satu mau memenangkannya, maka harus mempertimbangan secara matang teknologi dan keselamatan (
safety) kereta cepat yang akan menempuh jarak 200 kilometer tersebut.
"Bahaya kalau tidak aman. Soal keamanan dan kenyamanan penting," kata Rizal kepada wartawan usai pertemuan di kantornya, Gedung BPPT I, Jakarta Pusat, Rabu (27/8).
Pesan kedua Rizal terkait kejelasan segi pembiayaan, termasuk utang, bunga, biaya pemeliharaan dan skema pinjamannya.
"Harus teliti. Murah enggak bunganya? Syaratnya ada macam-macamnya tidak? Jaminannya apa saja? Terms dalam pinjamannya jelas tidak,†urai Rizal.
Pesan ketiga, Jepang atau Tiongkok harus menjamin jika proyek ini jatuh ke tangannya maka kandungan lokal dalam kereta cepat itu harus tinggi.
Nilai tambah untuk Indonesia harus jelas. Baru nanti kita pilih negara mana yang menawarkan local content setinggi mungkin,†tegas mantan Kepala Bulog itu.
Keempat, lanjut Rizal, soal kerjasama operasional kereta cepat yang diperkirakan akan memakan waktu 36 menit jarak Jakarta-Bandung itu. Rizal menegaskan jika proyek tersebut jadi, maka Indonesia harus secepat mungkin bisa mengoperasikannya.
"Mau itu dikelola Jepang atau Tiongkok nanti, kita mau secepat mungkin dioperasikan Indonesia. Transfer teknologi harus cepat, jadi Indonesia dan rakyat banyak dapat manfaat," tekan Rizal.
[ald]
BERITA TERKAIT: