"Dulu saya pikir penurunan rupiah hanya akan berlangsung sampai Maret, tapi kenyataannya terus berlanjut sampai bulan Juli ini," kata pengamat ekonomi Zamroni kepada
Kantor Berita Politik Rakyat Merdeka Online (Kamis, 23/7).
Menurutnya, terus berlangsungnya tren penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS itu dikarenakan pemerintah Indonesia menganggap enteng rambu-rambu gejolak ekonomi global.
"Kita cenderung didikte oleh dolar AS. Tak heran dolar AS tengah menjadi seperti raja dunia saat ini, karena mata uang yang lain yang kuat seperti euro juga tengah limbung karena krisis di Yunani," jelas Zamroni.
Bila tidak segera ditangani, Zamroni memperkirakan bahwa tren penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS itu akan berlangsung hingga akhir tahun ini.
"Ini bukan lagi lampu kuning. Pemerintah harus segera ambil tindakan," kata Zamroni.
Menurutnye, perlu segera ada intervensi dari bank sentral, BI.
"Selain itu juga pemerintah harus menyoroti masalah struktur ekonomi yang masih didominasi oleh ekspor bahan mentah yang sifatnya memiliki nilai tambah yang rendah dan struktur fundamental yang rendah," bebernya.
"Pemeirntah harus segera memikirkan untuk memperkuat sektor manufaktur agar tidak mudah diombang-ambingkan harga pasar," demikian Zamroni.
[mel]
BERITA TERKAIT: