"Pindad walaupun dasarnya untuk industri pertahanan, tapi kemampuan industrinya bisa dimanfaatkan untuk pengemÂbangan produk komersial," ujar Menteri BUMN Rini Soemarno saat mengunjungi pabrik Pindad di Bandung, Sabtu lalu.
Untuk bisa menggarap pasar domestik, manajemen Pindad membanderol harga eskavaÂtornya di bawah produk impor buatan Amerika Serikat. EskavaÂtor jenis Excava 200, misalnya, dibanderol 90 ribu hingga 100 ribu dolar AS per unit, atau lebih murah 25 ribu dolar ketimbang Caterpillar 320D yang dibandeÂrol 125 ribu dolar per unit.
Rini kemudian meminta agar produk baru Pindad tersebut bisa mencapai 10 unit pada Agustus mendatang. "Satu dari produksi tadi sudah harus mampu memÂberikan kontribusi terhadap pembangunan di Indonesia," ujar Rini yang juga didampingi Direksi PT PP Tbk, PT Hutama Karya, PT Adhi Karya Tbk, PT Wijaya Karya Tbk, PT Waskita Karya Tbk, dan PT Dirgantara Indonesia dalam lawatannya.
Rini meminta perusahaan persenÂjataan nasional tersebut untuk meÂnyediakan 100 ekskavator untuk BUMNkonstruksi. "Untuk tahap awal, mulai tahun depan diproduksi 100 unit per tahun," kata Rini.
Untuk tahap awal, Pindad telah memproduksi sebanyak 10 unit ekskavator yang rencananya akan dikeluarkan bersamaan dengan HUT RI ke-70 tahun, 17 Agustus 2015.
Rini meminta BUMN bidang konstruksi seperti PT WIKA Tbk, PT PP Tbk, PT Waskita Karya Tbk, PT Adhi Karya Tbk untuk menyerap ekskavator buatan Pindad. Kerja sama ini tentunya untuk juga mendukung penggunaan hasil produksi inÂdustri dalam negeri.
"BUMN karya diwajibkan kaÂlau nggak nanti enggak ekonomis. Kalau bisa produksinya harus tahun ini sudah mulai, karena tadinya saya pikir 17 Agustus bisa mulai memanfaatkan ekskavator Pindad tapi sedikit menunggu. Tapi Insya Allah sebelum akhir tahun sudah produksi," jelas dia.
"Terkecuali untuk mesin yang masih harus diimpor dari luar negeri. Kalau modal cukup inÂternal dulu," katanya.
Direktur Utama Pindad Silmy Karim menambahkan, untuk bisa menggarap pasar eskavator domestik perseroan akan menyeÂdiakan modal kerja sebesar Rp 5 miliar. Sementara untuk pengÂgunaan komponennya, eskvator Pindad bakal menggunakan produk-produk dalam negeri.
"Terkecuali untuk mesin yang masih harus diimpor dari luar negeri. Kalau modal cukup interÂnal dulu," katanya. ***