Direktur Utama PAL InÂdonesia Mohammad FirÂmansyah Arifin mengatakan, kapal
Strategic Sealift Vesse (SSV) ini akan menjadi alutÂsista pertama yang akan diekÂspor oleh Indonesia, khususÂnya PAL Indonesia.
Hingga kini proses pengerÂjaannya sudah memasuki tahap prosesi peletakan lunas (Keel Laying) SSV ke-1 yakni pengelasan pertama di bengkel Assembly dengan meletakkan satu buah blok konstruksi kapal di dalam
graving dock 50.000
deadÂweight tonnage."Realisasinya mamÂpu membangun sembilan buah blok konstruksi yang digabung," katanya.
Sedangkan kapal perang SSV ke-2 sudah memasuki tahapan
First Steel Cutting alias pemotongan pelat perÂtama. Menurutnya, kapal pesanan Filipina merupakan pengembangan dari kapal jenis pengangkut yang perÂnah diproduksi perseroan sebelumnya, yakni
Landing Platform Dock 125 meter (KRI Banda Aceh 593 dan KRI Banjarmasin 592).
Dijelaskannya, kapal perang SSV didesain dengan panjang kapal 123 meter, lebar 21,8 meter, yang mampu mengangkut bobot hingga 10.300 ton. Kapal ini dapat melaju selama 30 hari dengan jarak 9.360 mile laut dengan kecepatan maksimal 16 knot karena dilengkapi mesin berkapasitas 2X2.920 kw.
"SSV ini bisa membawa dua helikopter, kapal
Landing Craft Utility (LCU),
LandÂing Craft Vehicle Personnel (LCVP), tank dan truk miliÂter," terangnya.
Selain itu, kapal jenis ini memiliki keunggulan khusus untuk negara kepulauan karena mampu mencapai peraiÂran dangkal. "Kapal ini bisa digunakan untuk keperluan perang dan non-perang seperti dijadikan sebagai ruÂmah sakit apung dan SAR," imbuhnya.
Menurut Kepala Project SSV Turitan Indaryo, pengerÂjaan kapal perang SSV untuk angkatan laut Filipina, diÂtargetkan selesai pada Mei tahun depan sesuai dengan kontrak ekspor.
"Sekarang proses pemÂbuatannya baru 25 persen. Mei 2016 akan dikirim ke Filipina. Nilai kontraknya per unit masing-masing 40 juta dolar, dengan total 90 juta dolar, setara Rp 1,2 triliun," katanya.
Diakuinya, hampir semua peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan kapal masih diimpor, termasuk mesin kapal Jerman.
"Hanya pelat baja yang dipasok lokal dan dikerjaÂkan sendiri oleh tenaga ahli PAL. Komposisinya labor 10 persen, metal baja 20 persen, equipment 60 persen dan yang lainnya 10 persen," katanya. ***