PAL Garap Pesanan 2 Kapal Perang Filipina

Senin, 08 Juni 2015, 09:39 WIB
PAL Garap Pesanan 2 Kapal Perang Filipina
ilustrasi/net
rmol news logo PT PAL Indonesia (Persero) tengah menggarap dua kapal perang yang akan diekspor ke Filipina pada 2016.

Direktur Utama PAL In­donesia Mohammad Fir­mansyah Arifin mengatakan, kapal Strategic Sealift Vesse (SSV) ini akan menjadi alut­sista pertama yang akan diek­spor oleh Indonesia, khusus­nya PAL Indonesia.

Hingga kini proses penger­jaannya sudah memasuki tahap prosesi peletakan lunas (Keel Laying) SSV ke-1 yakni pengelasan pertama di bengkel Assembly dengan meletakkan satu buah blok konstruksi kapal di dalam graving dock 50.000 dead­weight tonnage.

"Realisasinya mam­pu membangun sembilan buah blok konstruksi yang digabung," katanya.

Sedangkan kapal perang SSV ke-2 sudah memasuki tahapan First Steel Cutting alias pemotongan pelat per­tama. Menurutnya, kapal pesanan Filipina merupakan pengembangan dari kapal jenis pengangkut yang per­nah diproduksi perseroan sebelumnya, yakni Landing Platform Dock 125 meter (KRI Banda Aceh 593 dan KRI Banjarmasin 592).

Dijelaskannya, kapal perang SSV didesain dengan panjang kapal 123 meter, lebar 21,8 meter, yang mampu mengangkut bobot hingga 10.300 ton. Kapal ini dapat melaju selama 30 hari dengan jarak 9.360 mile laut dengan kecepatan maksimal 16 knot karena dilengkapi mesin berkapasitas 2X2.920 kw.

"SSV ini bisa membawa dua helikopter, kapal Landing Craft Utility (LCU), Land­ing Craft Vehicle Personnel (LCVP), tank dan truk mili­ter," terangnya.

Selain itu, kapal jenis ini memiliki keunggulan khusus untuk negara kepulauan karena mampu mencapai perai­ran dangkal. "Kapal ini bisa digunakan untuk keperluan perang dan non-perang seperti dijadikan sebagai ru­mah sakit apung dan SAR," imbuhnya.

Menurut Kepala Project SSV Turitan Indaryo, penger­jaan kapal perang SSV untuk angkatan laut Filipina, di­targetkan selesai pada Mei tahun depan sesuai dengan kontrak ekspor.

"Sekarang proses pem­buatannya baru 25 persen. Mei 2016 akan dikirim ke Filipina. Nilai kontraknya per unit masing-masing 40 juta dolar, dengan total 90 juta dolar, setara Rp 1,2 triliun," katanya.

Diakuinya, hampir semua peralatan yang dibutuhkan dalam pembuatan kapal masih diimpor, termasuk mesin kapal Jerman.

"Hanya pelat baja yang dipasok lokal dan dikerja­kan sendiri oleh tenaga ahli PAL. Komposisinya labor 10 persen, metal baja 20 persen, equipment 60 persen dan yang lainnya 10 persen," katanya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA