Eks Gubernur BI: Rupiah Tak Bisa Kembali ke Titik Normal

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Selasa, 02 Juni 2015, 15:33 WIB
Eks Gubernur BI: Rupiah Tak Bisa Kembali ke Titik Normal
ilustrasi/net
rmol news logo . Anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar terjadi lantaran pemerintah salah melakukan tata kelola dalam ekonomi. Salah satunya dengan maraknya impor yang belakangan ini terus dilakukan.

Begitu dikatakan mantan Gubernur Bank Indonesia (BI), Burhanuddin Abdullah saat berbincang dengan Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (2/6)

"Saat ini salah tata, kita impor segala macam, bukan bahan baku. Tak hanya pangan, energi juga. Ini sudah terjadi sejak 2012 sampai sekarang," bebernya.

Analisa Burhanuddin, rupiah tak akan kembali mencapai titik seimbang, yakni di bawah Rp 10 ribu. "Rupiah tidak akan bisa 9.500 lagi. Titik keseimbangannya hanya mentok sampai 12.000 atau 13.000. Bisa lima tahun lagi begini. Kalau sudah begini, harga-gara juga sulit turun, termasuk BBM," terang Burhanuddin.

Menurutnya, perkembangan rupiah ditentukan dari berbagai faktor, seperti faktor sentimen dan fundamental. Jika bicara fundamental maka saat ini kondisi ekonomi sedang alami defisit transaksi berjalan yang mengakibatkan rupiah terdepresiasi.

"Bicara defisit transaksi ini permasalahannya ada di ekspor, impor, investasi, pembayaran utang dan remittance dari luar negeri," sambungnya.

Atas dasar itu, Burhanuddin menegaskan masalah rupiah yang terus alami depresiasi tidak hanya tanggung jawab BI saja, tetapi juga pemerintah.

"Pemerintah ya harus amankan maslah transaksi perdagangan dan berjalan. BI memang menstabilkan dia melakukan intervensi agar rupiah tak melonjak tajam naik atau turun, tapi itu tanggung jawab bersama," demikian Burhanuddin. [sam]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA