Bakal Matikan Industri Rokok, AMTI Minta Jokowi Tolak FCTC

Senin, 30 Maret 2015, 08:00 WIB
Bakal Matikan Industri Rokok, AMTI Minta Jokowi Tolak FCTC
ilustrasi, Industri Rokok
rmol news logo Pemerintah diminta untuk tidak menandatangi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) karena cuma mematikan industri rokok nasional. Padahal, industri ini menyerap tenaga kerja yang besar.

Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, pihaknya akan terus mendorong industri hasil tembakau supaya bisa tumbuh dan mampu berikan kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

"Tapi tetap harus perhatikan keseimbangan kesehatan, peny­erapan tenaga kerja, dan peneri­maan negara," katanya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Dia mengatakan, penerimaan negara dari sektor ini sangat besar. Pada 2014, kata dia, penerimaan cukai dari industri rokok mencapai Rp111,4 triliun. Angka ini meningkat dibanding tahun sebelumnya sebesar Rp 100,7 triliun.

Sedangkan, nilai ekspor rokok dan cerutu pada 2014 mencapai 804,7 juta dolar AS, meningkat dibandingkan 2012 sebesar 617,8 juta dolar AS atau naik rata-rata se­tiap tahunnya sekitar 14,1 persen.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) Budidoyo meminta, Pres­iden Jokowi tidak ikut menyetujui FCTC yang diusung World Health Organization (WHO).

Alasannya, kata dia, FCTC yang semula hanya mengendali­kan kini sudah mengarah untuk mematikan industri tembakau. "Sekarang sudah mulai on farm. Artinya di petaninya. Petani dis­uruh beralih menanam komoditi dari tembakau ke komoditi lain­nya," ujarnya.

Menurutnya, jika pasokan dari hulu saja sudah dipotong maka dampaknya ke industri hilirnya, yakni pabrik. "Artinya ketika di hulu dipasokan dipotong nanti di hilir di pabrikan juga ada per­masalahan," tuturnya.

Menurut dia, industri hasil tembakau merupakan sektor padat karya. Upaya mematikan industri ini akan berimbas pe­mutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran. "Tak hanya itu, nanti impor tembakau juga men­jadi semakin besar," ucapnya.

Dia menambahkan, pengen­dalian yang dilakukan oleh asing tidak serta merta ikut menurunk­an jumlah produksi tembakau. Malah, kata dia, industri pertum­buhannya stabil.

"Ketika sektor lain terjadi gon­cangan atau kolaps, sektor ini justru berkembang," tukasnya.  ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA