Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menÂgatakan, pihaknya mendukung pemberlakukan distribusi tertuÂtup elpiji 3 kg. Namun, dia meÂminta supaya harga gas melon tetap dan tidak dilepas ke pasar seperti elpiji 12 kg.
Distribusi tertutup oke buat tekan penyimpangan. Tapi jika harganya dilepas ke pasar jelas memberatkan rakyat,†ujarnya kepada
Rakyat Merdeka di JaÂkarta, kemarin.
Menurut dia, jika elpiji 3 kg dilepas ke mekanisme pasar, harÂganya akan melonjak dari Rp 14 ribu-Rp 15 ribu per tabung menÂjadi Rp 40 ribu-Rp 45 ribu karÂena menyesuaikan harga pasar minyak dunia dan biaya-biaya lainnya. Sementara, bantuan lansung non tunai (BLT) yang ditransfer ke kartu Indonesia sehat rencananya cuma Rp 42 ribu-Rp 45 ribu.
"Ini artinya bantuan tunai itu cukup beli satu elpiji 3 kg per bulan. Sedangkan kebutuhan rumah tangga bisa sampai 2-3 tabung elpiji 3 kg. Sisanya rakyat dipaksa beli dengan harga mahal," ingat Mamit.
Anggota Komisi VII DPR Agus Sulistyono minta pemerÂintah tidak melepas harga elpiji 3 kg ke pasar karena pasti memÂberatkan rakyat. Apalagi harga BBM juga sudah dilepas ke pasar. "Harganya pasti melonjak kalau subsidi dicabut. Apalagi harga minyak dunia dan rupiah sedang melonjak, otomatis harga elpiji akan terus naik," katanya.
Dia menjelaskan, sedari awal elpiji 3 kg ini memang diperunÂtukan untuk masyarakat miskin menggantikan minyak tanah. Sedangkan untuk orang mampu ada elpiji 12 kg yang harganya mengikuti pasar. "Harga elpiji 3 kg harus disubsidi pemerintah biar terjangkau," tandas Agus.
Menurutnya, mengalihkan subsidi elpiji menjadi bantuan non tunai juga tidak akan meÂnyelesaikan masalah. "BanÂtuan yang cuma Rp 45 ribu per bulan tidak akan membantu masyarakat beli elpiji harga pasar," jelasnya.
Apalagi, kata Agus, data penÂerimanya juga belum jelas. Berdasarkan pengalaman-penÂgalaman bantuan langsung peÂmerintah, banyak yang tidak tepat sasaran. Karena itu, dia meminta, rencana pengalihan subsidi elpiji ke bantuan non tunai dikaji lagi.
Kendati begitu, dia mendukung pemberlakukan distribusi tertutup untuk menghindari terjadinya penyimpangan dalam penyaluran elpiji 3 kg. "Sekarang pasarnya dibuka, sehinga semua orang bisa beli dan ini buat subsidi melonÂjak," ujar Agus.
Dia berharap, dengan distribusi tertutup ini, penyaluran elpiji 3 kg bisa tepat sasaran dan masyarakat kaya harus menggunakan elpiji 12 kg. Namun, dia menegaskan menolak jika distribusi tertutup dibarengi dengan pencabutan subÂsidi elpiji 3 kg.
Sebelumnya, pemerintah tengah mengkaji skema pemÂberian subsidi langsung kepada pengguna elpiji 3 kg. Cara ini diÂlakukan agar pemberian subsidi tepat sasaran untuk masyarakat golongan miskin.
Dalam skema ini, masyarakat golongan miskin akan mendapatÂkan kartu yang di dalamnya sudah berisikan saldo Rp 42 ribu-Rp 45 ribu untuk membeli gas melon. Nantinya, masyarakat golongan tersebut akan mendapat potongan sesuai isi kartu, sehingga harganya tetap akan murah.
Sedangkan untuk masyarakat golongan mampu yang membeli gas melon sesuai harga keekonoÂmian yang diperkirakan mencaÂpai Rp 40 ribuan per tabung.
"Semua harga dari elpiji yang ada di pasar akan sama nantinya, tanpa adanya subsidi. Mau itu yang ukuran 12 kg maupun yang berukuran 3 kg. Namun, yang miskin mereka akan mendapatÂkan kartu diskonnya," tegas Plt Dirjen Migas I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja. ***