Siap-siap, Harga Gas 3 Kg Bakal Naik Tiga Kali Lipat

Kalau Subsidi Dicabut & Dilepas ke Mekanisme Pasar

Jumat, 27 Maret 2015, 08:29 WIB
Siap-siap, Harga Gas 3 Kg Bakal Naik Tiga Kali Lipat
ilustrasi
rmol news logo Pemerintah diminta tidak melepas harga elpiji 3 kg ke mekanisme pasar. Harga si tabung melon akan melonjak jadi Rp 45 ribuan per tabung. Ini mem­beratkan rakyat.
 
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan men­gatakan, pihaknya mendukung pemberlakukan distribusi tertu­tup elpiji 3 kg. Namun, dia me­minta supaya harga gas melon tetap dan tidak dilepas ke pasar seperti elpiji 12 kg.

Distribusi tertutup oke buat tekan penyimpangan. Tapi jika harganya dilepas ke pasar jelas memberatkan rakyat,” ujarnya kepada Rakyat Merdeka di Ja­karta, kemarin.

Menurut dia, jika elpiji 3 kg dilepas ke mekanisme pasar, har­ganya akan melonjak dari Rp 14 ribu-Rp 15 ribu per tabung men­jadi Rp 40 ribu-Rp 45 ribu kar­ena menyesuaikan harga pasar minyak dunia dan biaya-biaya lainnya. Sementara, bantuan lansung non tunai (BLT) yang ditransfer ke kartu Indonesia sehat rencananya cuma Rp 42 ribu-Rp 45 ribu.

"Ini artinya bantuan tunai itu cukup beli satu elpiji 3 kg per bulan. Sedangkan kebutuhan rumah tangga bisa sampai 2-3 tabung elpiji 3 kg. Sisanya rakyat dipaksa beli dengan harga mahal," ingat Mamit.

Anggota Komisi VII DPR Agus Sulistyono minta pemer­intah tidak melepas harga elpiji 3 kg ke pasar karena pasti mem­beratkan rakyat. Apalagi harga BBM juga sudah dilepas ke pasar. "Harganya pasti melonjak kalau subsidi dicabut. Apalagi harga minyak dunia dan rupiah sedang melonjak, otomatis harga elpiji akan terus naik," katanya.

Dia menjelaskan, sedari awal elpiji 3 kg ini memang diperun­tukan untuk masyarakat miskin menggantikan minyak tanah. Sedangkan untuk orang mampu ada elpiji 12 kg yang harganya mengikuti pasar. "Harga elpiji 3 kg harus disubsidi pemerintah biar terjangkau," tandas Agus.

Menurutnya, mengalihkan subsidi elpiji menjadi bantuan non tunai juga tidak akan me­nyelesaikan masalah. "Ban­tuan yang cuma Rp 45 ribu per bulan tidak akan membantu masyarakat beli elpiji harga pasar," jelasnya.

Apalagi, kata Agus, data pen­erimanya juga belum jelas. Berdasarkan pengalaman-pen­galaman bantuan langsung pe­merintah, banyak yang tidak tepat sasaran. Karena itu, dia meminta, rencana pengalihan subsidi elpiji ke bantuan non tunai dikaji lagi.

Kendati begitu, dia mendukung pemberlakukan distribusi tertutup untuk menghindari terjadinya penyimpangan dalam penyaluran elpiji 3 kg. "Sekarang pasarnya dibuka, sehinga semua orang bisa beli dan ini buat subsidi melon­jak," ujar Agus.

Dia berharap, dengan distribusi tertutup ini, penyaluran elpiji 3 kg bisa tepat sasaran dan masyarakat kaya harus menggunakan elpiji 12 kg. Namun, dia menegaskan menolak jika distribusi tertutup dibarengi dengan pencabutan sub­sidi elpiji 3 kg.

Sebelumnya, pemerintah tengah mengkaji skema pem­berian subsidi langsung kepada pengguna elpiji 3 kg. Cara ini di­lakukan agar pemberian subsidi tepat sasaran untuk masyarakat golongan miskin.

Dalam skema ini, masyarakat golongan miskin akan mendapat­kan kartu yang di dalamnya sudah berisikan saldo Rp 42 ribu-Rp 45 ribu untuk membeli gas melon. Nantinya, masyarakat golongan tersebut akan mendapat potongan sesuai isi kartu, sehingga harganya tetap akan murah.

Sedangkan untuk masyarakat golongan mampu yang membeli gas melon sesuai harga keekono­mian yang diperkirakan menca­pai Rp 40 ribuan per tabung.

"Semua harga dari elpiji yang ada di pasar akan sama nantinya, tanpa adanya subsidi. Mau itu yang ukuran 12 kg maupun yang berukuran 3 kg. Namun, yang miskin mereka akan mendapat­kan kartu diskonnya," tegas Plt Dirjen Migas I Gusti Nyoman Wiratmaja Puja. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA