Pemerintah akan menyederÂhanaÂkan perizinan pembangunan inÂdustri pengolahan dan peÂmurÂnian
(smelter) mineral. HingÂga kini masih terjadi tumpang tinÂdih perizinan antara Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Kepala Badan Koordinasi PeÂnaÂÂnaÂman Modal (BKPM) Franky SiÂbarani mengakui, saat ini masih terÂjadi dualisme perizinan
smelÂter. KaÂrena itu, pihaknya akan seÂgera meÂnyelesaikan masalah terÂsebut unÂtuk mendorong hilirisasi dalam negeri.
Menurut dia, saat ini ada dua izin pembangunan
smelter. PerÂtama, izin industri di Kemenperin dan kedua, izin usaha pertamÂbaÂngan yang dikeluarkan KemenÂterian ESDM.
"Dua-duanya mempunyai rujuÂkan undang-undang. Karena itu, ke depannya bagaimana menyeÂderhanakan perizinan tersebut," ujar Franky saat jumpa pers berÂsama Menteri Perindustrian (MenÂÂperin) Saleh Husin terkait pelaÂyanan terpadu satu pintu di Kantor BKPM, Jakarta, kemarin.
Franky mengaku, pihaknya akan melakukan sinkronisasi keÂdua perizinan itu supaya bisa leÂbih cepat, meski saat ini belum diÂbahas secara rinci.
Dirjen Basis Industri ManuÂfakÂtur (BIM) Kemenperin HarÂjanÂto mengaku, para investor meÂngeÂluh soal dualisme perizinan smelter. Pasalnya, investor selain harus mengurus izin industri juga harus memperoleh izin usaha perÂtambangan khusus.
Dalam izin usaha pertamÂbaÂngan tersebut, para investor juga mengeluh soal divestasi saÂham 51 persen, padahal invesÂtasinya sangat besar. Alhasil baÂnyak inÂvestor yang
wait and see. Karena itu, ke depan masalah ini harus bisa dituntaskan.
"Harusnya untuk bangun smelÂter bisa melalui izin industri saja, sedangkan untuk izin usaha perÂtambangannya disinkronisasikan saja," ucap Harjanto.
Harjanto pernah mengatakan, peÂmegang izin usaha industri tak jarang mengalami kesulitan meÂmenuhi kebutuhan bahan baku untuk smelter mereka.
Sementara Saleh Husin mengÂatakan, sesuai arahan Presiden Jokowi untuk pelayanan satu pinÂtu perizinan, pihaknya berÂinisiatif menyerahkan weweÂnang perÂizinan yang sebelumnya dipeÂgang ke BPKM. Langkah itu unÂtuk mempermudah investor berÂinvestasi di Indonesia. ***