Menteri Susi Klaim Produksi Tuna Jadi Primadona Di Tingkat Global

Berbicara Di Bali Tuna Conference 2014

Jumat, 21 November 2014, 10:11 WIB
Menteri Susi Klaim Produksi Tuna Jadi Primadona Di Tingkat Global
Susi Pudjiastuti
rmol news logo Menurunnya populasi ikan tuna Indonesia menjadi salah satu tantangan yang harus dihadapi saat ini, baik nasional maupun internasional.

Menteri Kelautan dan Perika­nan Susi Pudjiastuti mengatakan, berdasarkan data Food Agricul­ture Organization (FAO) melalui State of World Fisheries and Aqua­culture (Sofia) 2014, sekitar 6,8 juta metrik ton berbagai jenis tuna ditangkap di seluruh dunia.

Dari jumlah itu, sekitar 4,5 juta ton berasal dari produksi utama tuna seperti albacore, bigeye, blue­fin, skipjack dan yellowfin. Pada tahun yang sama, secara global Indonesia berhasil mema­sok lebih dari 16 persen total produksi tuna dan sejenisnya secara global.

Permintaan pasar dan harga yang tinggi membuat produksi tuna kian menjadi primadona di tingkat global,” ungkap Susi.

Susi menjelaskan, dengan ke­kayaan laut yang berlimpah, khu­susnya dalam produksi tuna, In­donesia kini tengah mengha­dapi tantangan baru. Eksploitasi terha­dap ikan tuna yang dapat berdam­pak buruk bagi kelang­sungan sum­­ber daya dan habitat tuna men­jadi tantangan peme­rintah ke depan.

Hal ini berdampak pada menu­run­nya produktivitas, ukuran tuna yang dihasilkan cenderung me­nge­cil dan daerah penangkapan ikan yang semakin jauh ke laut lepas.

Dirjen Perikanan Tangkap Ke­menterian Kelautan dan Perikan­an (KKP) Gellwynn Jusuf meng­ajak seluruh stakeholder dari ber­bagai negara untuk mensinkro­nisasikan kebijakan agar dapat menemukan solusi untuk peman­faatan sumber daya tuna dan menjawab kebutuh­an global.

Bali Tuna Conference 2014 un­tuk melahirkan arah kebijakan menghadapi tantangan kebutuhan ikan tuna ke depan,” kata Gellw­ynn, yang hadir di Bali Tuna Con­ference 2014, Bali, kemarin.

Menurutnya, Indonesia meru­pa­kan salah satu negara penghasil tuna terbesar di dunia dan termo­tivasi mengambil tindakan lebih lanjut dengan mengadakan konfe­rensi untuk menjembatani kesen­jangan antara kebutuhan pasar dan langkah-langkah manajemen yang diperlukan di tingkat hulu.

Harapannya, konferensi itu dapat membahas platform yang mampu mempromosikan upaya pengelolaan ikan di tingkat na­sional dan regional.

Dia mengungkapkan, data pro­duksi ikan tuna dalam lima tahun terakhir menempatkan Indonesia sebagai negara peng­hasil tuna terbesar di dunia. Tercatat, rata-rata produksi tuna, cakalang dan tongkol yang dihasilkan menca­pai lebih dari 1,1 juta ton per tahun dengan nilai perdagangan yang disumbangkan sekitar Rp 40 triliun.

Sumbangsih ikan tuna luma­yan besar. Dengan manajemen yang lebih baik ke depannya, diha­rapkan mampu mengha­silkan jauh lebih besar lagi,” ucapnya.

Namun begitu, pasar ikan tuna terutama di pasar global, telah memberlakukan standar kualitas tinggi. Untuk itu, perlu dirancang agar mampu menjamin kebutu­han yang berkelanjutan.

Adapun tujuan konferensi ini untuk bergerak lebih jauh me­lampaui Konferensi Tuna Dunia yang digelar Mei 2014 di Bang­kok oleh InfoFish.

Secara khusus, kon­fe­rensi ini ingin lebih mene­kankan pada pe­nguatan manaje­men operasional perikanan tuna yang berkelan­jut­an. Konferensi ini dihadiri seki­tar 400 peserta dari berbagai or­ga­nisasi dunia. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA