Rini Soemarno dikabarkan telah melakukan tahapan uji
fit and proÂÂper terhadap para calon DiÂrekÂtur Utama Pertamina dalam beÂberapa hari terakhir dan masih berÂlangsung hingga jelang akhir pekan ini. Fit and Proper test diÂberÂlakukan ke seluruh direksi yang ada sekarang dan plus ada enam calon eksternal direksi. BeÂberapa pimpinan dan bekas bos BUMN jadi kandidat untuk menÂjaÂdi pengganti Karen Agustiawan.
Enam nama disebut berasal dari calon eksternal, yaitu Budi GuÂnadi Sadikin (Dirut Bank ManÂdiri), Sunarso, (Direksi Bank Mandiri), Zulkifli Zaini (Mantan Dirut Bank Mandiri), Fahmi MuchÂtar (bekas Dirut PLN), Dwi SuÂcipto, (Dirut Semen IndoÂneÂsia), dan Rinaldi Firmansyah (beÂkas Dirut Telkom). Kabarnya, calon kuat dalam bursa kandidat terÂsebut yakni Rinaldi FirÂmanÂsyah yang disebut-sebut diÂdukung Menteri BUMN Rini SoeÂmarno, Menko Perekonomian SofÂyan Djalil dan Wapres Jusuf Kalla, namun belum ada konÂfirÂmasi langsung soal dukungan unÂtuk Rinaldi. Sedangkan untuk calon internal antara lain Plt Dirut PerÂtamina Muhammad Husein, Direktur Hilir Pertamina saat ini HaÂnung Budya, Direktur Gas Harri Karyuliarto dan mantan DiÂrektur Hulu Pertamina Ahmad Faisal.
Pengamat Energi Marwan BaÂtubara menilai akan timbul baÂnyak masalah bila Rinaldi FirÂmanÂsyah Cs jadi Direktur Utama PerÂtamina. Sebab, kata dia, meÂreka tidak memiliki rekam jejak di sektor migas, tapi hanya berÂlatar bekas Direktur Utama TelÂkom. Saya cenderung kalau di dalam ada orang-orang yang tak meÂnunjukan prestasi, saya kira cukup masalah. Maka cenderung di dalam hanya kepentingan, apaÂlagi bukan latar belakang migas,†kata Marwan ketika dihubungi wartawan, Minggu (9/11).
Namun, Jaringan Aktivis Pro DeÂmokrasi (ProDem) justru meÂminta pemerintah mengambil langÂkah bijak dalam hal mencari pengÂganti Karen Agustiawan seÂbagai Dirut Pertamina. Sekretaris JenÂderal ProDem, Firman TenÂdry, mengatakan meskipun Karen tidak terlalu moncer memimpin PerÂtamina, tapi Karen bisa diÂkaÂtaÂkan cukup berhasil memimpin Pertamina dalam 6 tahun terakhir.
Sementara itu kalangan LSM Gerakan Dekrit Rakyat Ray RangÂkuti, menilai semangat yang diÂbangun pemerintah dalam seleksi calon bos Pertamina mesti menÂcerminkan pemberantasan korupsi. Meskipun tidak ada perÂaturannya, kalau dia seorang keÂluarga pejabat negara harus jauh dari kekuasaan yang melingÂkupi saudaranya tersebut,†ujar Ray yang mengaku mendengar seÂleksi ini dilakukan oleh PT DaÂya Dimensi Indonesia (DDI).
Anggota Gerakan Dekrit RakÂyat lain, Romo Benny Susetyo, menÂcium gelagat tidak beres dalam seleksi ini. Karena itu, dia meÂnyarankan Menteri BUMN meÂnempatkan calon bos PertaÂmina sesuai kemampuannya.
Menanggapi hal ini, Rini menÂjelaskan internal Pertamina harus meÂlakukan evaluasi terlebih daÂhulu sebelum melakukan rapat peÂmilihan Direktur Utama PerÂtaÂmina. Menurut Rini dalam tiga mingÂgu ke depan Pertamina suÂdah akan mengantongi beberapa naÂma setelah melakukan evaÂluasi. Musti ada proses assesÂment terlebih dahulu. Kita harus meÂnunggu 3 minggu lagi,†ungÂkap Rini
Sementara ketika namanya dijaÂgokan oleh Menteri BUMN, Pelaksana Tugas Direktur Utama Pertama Muhammad Husein meÂnolak berkomentar. Ah saya engÂga bisa komentar,†ujarnya dalam keterangan pers di Jakarta, keÂmarin. Husen justru meminta pemerintah untuk menetapkan keÂbijakan untuk meningkatkan produksi minyak mentah dalam negeri. Ada dua hal yang bisa dilaÂkukan pemerintah, pertama tingÂkatkan kapasitas kilang, kedua modifikasi minyak agar sama kualitasnya dengan minyak kiÂlang di pasar,†ujarnya. DiteÂkanÂkan, Pemerintah perlu cepat memutusÂkan untuk melakukan peÂningkatan kapasitas empat kiÂlang minyak terbesar di IndoÂnesia. Dia meÂnyeÂbut kilang miÂnyak tersebut terletak di BaÂlongan, Cilacap, Balikpapan, dan DuÂmai.
Segera putuskan, boleh atau nggak upgrading, jangan kelaÂmaÂan mikir, yang kilang baru juga masalah pembebasan tanah perlu diperhatikan,†imbuhnya. KebuÂtuhan energi akan terus bertamÂbah dan dengan kapasitas proÂdukÂsi serba setengah dari yang dikonÂsumsi Indonesia akan kehilangan miÂnyak dalam 10 tahun ke depan.
Menurut Husen produksi BBM saat ini hanya mencapai 820 ribu barrel per hari (bph), turun 250 ribu bph pada periode 2010-2014, seÂdangkan konsumsi hingga 1,6 juta barrel per hari. Dengan upÂgrading empat kilang minyak laÂma dan pembukaan kilang baru maka dia memprediksi kapasitas proÂduksi akan sama dengan keÂbutuhan konsumsi bahkan lebih.
Dikatakan, Pertamina juga meÂnyaÂtakan sudah memiliki peta perÂsiapan untuk meningkatkan proÂduksi hingga 2025. ***