Menteri BUMN Tuntaskan Seleksi Calon Bos Pertamina

Husein Desak Pemerintah Genjot Kapasitas 4 Kilang Kakap

Senin, 10 November 2014, 08:55 WIB
Menteri BUMN Tuntaskan Seleksi Calon Bos Pertamina
Rini Mariani Soemarno
rmol news logo Kandidat Direktur Utama PT Pertamina mulai bermunculan. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Mariani Soemarno belum mau membuka nama orang nomor satu di perusahaan energi nasional itu. Namun, nama-nama kandidatnya sudah mulai bermunculan satu per satu.

Rini Soemarno dikabarkan telah melakukan tahapan uji fit and pro­­per  terhadap para calon Di­rek­tur Utama Pertamina dalam be­berapa hari terakhir dan masih ber­langsung hingga jelang akhir pekan ini. Fit and Proper test di­ber­lakukan ke seluruh direksi yang ada sekarang dan plus ada enam calon eksternal direksi. Be­berapa pimpinan dan bekas bos BUMN jadi kandidat untuk men­ja­di pengganti Karen Agustiawan.

Enam nama disebut berasal dari calon eksternal, yaitu Budi Gu­nadi Sadikin (Dirut Bank Man­diri), Sunarso, (Direksi Bank Mandiri), Zulkifli Zaini (Mantan Dirut Bank Mandiri), Fahmi Much­tar (bekas Dirut PLN), Dwi Su­cipto, (Dirut Semen Indo­ne­sia), dan Rinaldi Firmansyah (be­kas Dirut Telkom). Kabarnya, calon kuat dalam bursa kandidat ter­sebut yakni Rinaldi Fir­man­syah yang disebut-sebut di­dukung Menteri BUMN Rini Soe­marno, Menko Perekonomian Sof­yan Djalil dan Wapres Jusuf Kalla, namun belum ada kon­fir­masi langsung soal dukungan un­tuk Rinaldi. Sedangkan untuk calon internal antara lain Plt Dirut Per­tamina Muhammad Husein, Direktur Hilir Pertamina saat ini Ha­nung Budya, Direktur Gas Harri Karyuliarto dan mantan Di­rektur Hulu Pertamina Ahmad Faisal.

Pengamat Energi Marwan Ba­tubara menilai akan timbul ba­nyak masalah bila Rinaldi Fir­man­syah Cs jadi Direktur Utama Per­tamina. Sebab, kata dia, me­reka tidak memiliki rekam jejak di sektor migas, tapi hanya ber­latar bekas Direktur Utama Tel­kom. Saya cenderung kalau di dalam ada orang-orang yang tak me­nunjukan prestasi, saya kira cukup masalah. Maka cenderung di dalam hanya kepentingan, apa­lagi bukan latar belakang migas,” kata Marwan ketika dihubungi wartawan, Minggu (9/11).

Namun, Jaringan Aktivis Pro De­mokrasi (ProDem) justru me­minta pemerintah mengambil lang­kah bijak dalam hal mencari peng­ganti Karen Agustiawan se­bagai Dirut Pertamina. Sekretaris Jen­deral ProDem, Firman Ten­dry, mengatakan meskipun Karen tidak terlalu moncer memimpin Per­tamina, tapi Karen bisa di­ka­ta­kan cukup berhasil memimpin Pertamina dalam 6 tahun terakhir.

Sementara itu kalangan LSM Gerakan Dekrit Rakyat Ray Rang­kuti, menilai semangat yang di­bangun pemerintah dalam seleksi calon bos Pertamina mesti men­cerminkan pemberantasan korupsi. Meskipun tidak ada per­aturannya, kalau dia seorang ke­luarga pejabat negara harus jauh dari kekuasaan yang meling­kupi saudaranya tersebut,” ujar Ray yang mengaku mendengar se­leksi ini dilakukan oleh PT Da­ya Dimensi Indonesia (DDI).

Anggota Gerakan Dekrit Rak­yat lain, Romo Benny Susetyo, men­cium gelagat tidak beres dalam seleksi ini.  Karena itu, dia me­nyarankan Menteri BUMN me­nempatkan calon bos Perta­mina sesuai kemampuannya.

Menanggapi hal ini, Rini men­jelaskan internal Pertamina harus me­lakukan evaluasi terlebih da­hulu sebelum melakukan rapat pe­milihan Direktur Utama Per­ta­mina. Menurut Rini dalam tiga ming­gu ke depan Pertamina su­dah akan mengantongi beberapa na­ma setelah melakukan eva­luasi.  Musti ada proses asses­ment terlebih dahulu. Kita harus me­nunggu 3 minggu lagi,” ung­kap Rini

Sementara ketika namanya dija­gokan oleh Menteri BUMN, Pelaksana Tugas Direktur Utama Pertama Muhammad Husein me­nolak berkomentar. Ah saya eng­ga bisa komentar,” ujarnya dalam keterangan pers di Jakarta, ke­marin. Husen justru meminta pemerintah untuk menetapkan ke­bijakan untuk meningkatkan produksi minyak mentah dalam negeri. Ada dua hal yang bisa dila­kukan pemerintah, pertama ting­katkan kapasitas kilang, kedua modifikasi minyak agar sama kualitasnya dengan minyak ki­lang di pasar,” ujarnya. Dite­kan­kan, Pemerintah perlu cepat memutus­kan untuk melakukan pe­ningkatan kapasitas empat ki­lang minyak terbesar di Indo­nesia. Dia me­nye­but kilang mi­nyak tersebut terletak di Ba­longan, Cilacap, Balikpapan, dan Du­mai.

Segera putuskan, boleh atau nggak upgrading, jangan kela­ma­an mikir, yang kilang baru juga masalah pembebasan tanah perlu diperhatikan,” imbuhnya. Kebu­tuhan energi akan terus bertam­bah dan dengan kapasitas pro­duk­si serba setengah dari yang dikon­sumsi Indonesia akan kehilangan mi­nyak dalam 10 tahun ke depan.

Menurut Husen produksi BBM saat ini hanya mencapai 820 ribu barrel per hari (bph), turun 250 ribu bph pada periode 2010-2014, se­dangkan konsumsi hingga 1,6 juta barrel per hari. Dengan up­grading empat kilang minyak la­ma dan pembukaan kilang baru maka dia memprediksi kapasitas pro­duksi akan sama dengan ke­butuhan konsumsi bahkan lebih.

Dikatakan, Pertamina juga me­nya­takan sudah memiliki peta per­siapan untuk meningkatkan pro­duksi hingga 2025. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA