Sekretaris Perusahaan Antam Tri Hartono mengungkapkan, kerugian ini karena penurunan harga komoditas.
Adanya regulasi pemerintah yang melarang ekspor mineral mentah juga mencekik kinerja Antam sehingga rugi bersih masih terus terjadi,†ujarnya.
Ia mengungkapkan, tergeÂrusÂnya laba juga disebabkan kaÂreÂna seretnya penjualan Antam. EmiÂten tambang pelat merah ini hanya membukukan penÂjuÂalan bersih Rp 5,8 triliun. JumÂlah itu turun 34 persen year on year (yoy) dari sebelumnya Rp 8,8 triliun.
Tri menjelaskan, tekanan juga datang dari komponen yang bersifat non operasional seperti penyesuaian nilai inÂvesÂtasi di PT Nusa Halmahera Minerals. Belum lagi, Antam menÂderita kerugian yang berÂasal PT IndoÂnesia Chemical Alumina.
Emas masih menjadi konÂtriÂbutor terbesar penjualan bersih Antam hingga September 2014. Nilainya mencapai Rp 2,79 triiun atau berkontribusi 48 perÂsen dari total penjualan bersih Antam,†ungkap Tri.
Namun, lanjut dia, nilai penjualan emas Antam itu turun 26 persen jika dibanding penÂjualan pada kuartal III tahun laÂlu. Volume produksi emas AnÂtam yang berasal dari PongÂkor dan Cibaliung tercatat 1.172 kg atau turun 5 persen dibanÂdingkan Kuartal III-2013.
Nah, seiring dengan reguÂlasi pemerintah yang melarang ekspor bijih mineral pada 12 Januari 2014, pendapatan dari bijih nikel hanya Rp 89 miliar atau melorot hingga 97 persen yoy,†tutur Tri. ***