Pembangunan 150 SPBG Terhambat, Diversifikasi Energi Pertamina Dipertanyakan

Rabu, 01 Oktober 2014, 09:18 WIB
Pembangunan 150 SPBG Terhambat, Diversifikasi Energi Pertamina Dipertanyakan
ilustrasi
rmol news logo PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk diharapkan bisa bersama-sama membangun sarana penye­diaan penyediaan pendistribusian Bahan Bakar Gas (BBG) untuk transportasi.

Arahan ini telah disampaikan tertulis oleh pemerintah dalam Ke­putusan Menteri Energi Sum­ber Daya Mineral (Kep­men ESDM) Nomor 2435 K/15/MEM/2014 dan Kepmen Nomor 2436 K/15/MEM/2014 tertanggal 23 April 2014.

Senior Vice President Engi­neering & Operation Manage­ment Direktorat Gas Pertamina Salis Aprilian mengatakan, Kep­men ini menetapkan Pertamina bertu­gas membangun 22 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) Compressed Natural Gas (CNG) dan tujuh Mobile Refueling Unit (MRU) beserta infrastruktur pendukungnya di DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah tahun ini.

Selain itu, kata dia, Pertamina juga bertugas menyedikan dan mendistribusikan BBG berupa CNG untuk transportasi jalan di SPBG yang akan dibangun ter­sebut dan SPBG eksisting se­jumlah 23 unit di DKI Jakarta, Ja­wa Timur, Sumatera Selatan dan Kalimantan Timur.

“Total alokasinya 37,7 MMSCFD (Million Standard Cubic Feet per Day) untuk 2014 saampai dengan 2019, dengan rincian DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat sebesar 24 MMSCFD, Jawa Tengah sebesar 1 MMSCFD, Jawa Timur sebesar 10,2 MMSCFD, Sumatera Selatan 1,5 MMSCFD, dan Kalimantan Timur sebesar 1 MMSCFD,” kata Salis di Jakarta, kemarin.

Di lain pihak, PGN bertugas dalam penyediaan dan pendis­tri­busian BBG berupa CNG untuk transportasi jalan meliputi SPBG CNG eksisting berupa 1 SPBG CNG dan 1 MRU beserta infra­struktur pendukungnya di DKI Jakarta. PGN juga ditugas­kan membangun 12 SPBG CNG dan 2 MRU beserta in­frastruktur pendukungnya di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Riau tahun ini.

Namun, kurangnya dukungan dari PGN menyebabkan sulitnya Per­tamina merealisasikan renca­nanya untuk membangun 150 SPBG CNG per tahun. Salah satu con­toh proyek yang terhambat ada­lah proyek SPBG CNG Pulo­gadung, sampai saat ini belum bisa beroperasi, padahal 90 per­sen pembangunannya sudah ram­pung. Pasalnya ada infrastruktur tambahan yang belum terpasang.

Site Manager PT Patra Badak Arun Solusi selaku kontraktor proyek SPBG Pulogadung Budi Yosuanto mengatakan, pihaknya ting­gal menunggu pemasa­ng­an metering regulating sta­tion (MRS) dari PGN. Apalagi pro­yek senilai Rp 70 miliar itu sudah menjalani uji coba me­layani pengisian BBG untuk bus Trans­jakarta, bajaj dan angkutan umum awal September lalu.

Sementara itu, beberapa pihak meragukan keseriusan Perta­mina dalam membuat diver­sifikasi energiu gas. “Kalau dulu saja pernah dianggarkan tapi infra­struktur tidak dibuat, jelas harus diusut tuntas. Tidak bisa main-main lagi, bahkan kalau perlu diusut penegak hukum, “ tegas pengamat kebijakan migas Yusri Usman.

Ia menambahkan, dari sisi ke­mauan Pertamina sering tidak sejalan dengan kenyataan terutama dalam membangun infrastruktur gas yang sangat lambat. Ia pun menyentil Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya yang seakan tak bisa membuat te­robosan guna mengurangi ke­ter­gantungan pada minyak.

Ia berharap, elum menjanjikan hal-hal besar, para pejabat Per­tamina memperbaiki sejumlah masalah terlebih dahulu. Seperti pencurian minyak. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA