Kepala Perwakilan Bank DuÂnia untuk Indonesia Rodrigo A Chaves mengungkapkan, keÂtimÂpangan antara si miskin dan si kaya dalam beberapa tahun terÂakhir berpotensi menciptakan konflik sosial. Hal tersebut akan mengurangi manfaat dari tingÂginya pertumbuhan ekonomi beÂberapa tahun terakhir.
Apalagi, kata Chaves, pemeÂrintah terus mengklaim tumbuhÂnya ekonomi tersebut berhasil meÂnuÂrunkan tingkat kemiskinan menjadi 11,3 persen tahun ini dibanding dengan 24 persen pada 1999.
“Mengentaskan kemiskinan dan ketimpangan ini akan menÂjadi tantangan paling penting bagi pemerintah ke depan,†ujar ChaÂves di Jakarta, kemarin.
Dia mengatakan, salah satu yang bisa dilakukan pemerintah adalah memastikan implementasi kebijakan publik yang dikÂeluÂarkan lebih efektif. KeÂmitraan dengan sektor swasta dan organiÂsasi masyarakat juga harus diÂtingkatkan dalam hal ini.
Mengentaskan kemiskinan dan berbagai upaya meningkatkan keÂsejahteraan masyarakat IndoÂnesia merupakan misi Bank Dunia. Karena itu, segala upaya pengenÂtasan yang akan dilakukan pemeÂrintahan baru akan didukung secara penuh.
Ekonom utama Bank Dunia di Indonesia Vivi Alatas mengungÂkapkan, ketimpangan merupakan konsekuensi pertumbuhan yang bisa dihindari. Hal itu sudah terÂbukti dari tumbuhnya ekonomi di beberapa negara berkembang tanÂpa mengurangi upaya meneÂkan kemiskinan.
Menurutnya, strategi utama untuk mengentaskan kemiskinan dan mengurangi ketimpangan adalah membantu masyarakat menolong dirinya sendiri. MisalÂnya, melalui penyediaan lebih baÂnyak lapangan pekerjaan yang memberikan penghasilan lebih baik.
“Kami juga perlu memastikan anak-anak di seluruh Indonesia memiliki akses yang sama ke laÂyanan berkualitas, agar dapat meÂmulai hidupnya secara adil,†ucap Vivi. ***