“Industri rokok khususnya SKT adalah industri padat karya yang menyerap ribuan tenaga kerja. Pemerintah ingin agar kenaikan cukai tahun depan tidak terlalu besar,†kata Menteri Perindustrian (MenÂperin) MS Hidayat.
Hidayat menilai, lambat laun proÂdusen rokok akan beralih meÂmakai mesin dalam proses proÂduksi. Namun, pemerintah akan melindungi industri padat karya agar tidak terjadi penguÂrangan karyawan secara besar-besaran.
Untuk melindungi ribuan tenaga kerja industri rokok khuÂsusnya SKT, lanjut HidaÂyat, pihaknya akan membuat draf kebijakan terkait kenaikan cukai rokok.
“Kami ingin merumuskan draf kebijakan mengenai keÂnaikan cukai bagi Sigaret KreÂtek Tangan dan Sigaret Kretek MeÂsin dengan memberikan inÂsentif khusus. Nantinya, inÂsentif akan lebih besar bagi proÂdusen Sigaret Kretek Tangan,†janji politisi asal Partai Golkar itu.
Sekjen Aliansi Masyarakat Tembakau Indonesia (AMTI) DeÂradjat Kusumanegara meÂngaÂtakan, rencana kenaikan tarif cukai 10,2 persen pada 2015 sangat memberatkan industri rokok di tengah situasi yang menurun.
“Kami mendukung insentif buat SKT untuk melindungi peÂkerja pabrik dan petani cengkeh serta tembakau,†katanya.
Saat ini, menurut Deradjat, situasi industri rokok sedang meÂnurun karena terjadi penguÂrangan tenaga kerja secara terus menerus dari pabrikan kecil yang terpaksa tutup maupun pabrikan besar yang melakukan pengurangan karyawan dalam jumlah besar.
Dia berharap, Pemerintah Jokowi-JK tidak menambah beban bagi industri rokok naÂsional. Perlu pertimbangan damÂpak dan konsekuensi negaÂtif sebelum menerapkan peraÂturan atau kebijakan baru deÂngan menaikkan cukai rokok.
Sementara itu, berbagai kalangan mendesak pemerintah baru agar menghitung ulang dampak dari rokok tersebut. Jangan sampai kesehatan rakyat dikorbankan demi kepentingan bisnis rokok.
Mentan Dari Parpol Sarat KepentinganKomitmen Presiden terpilih Jokowi yang tidak akan memÂberikan pos Menteri Pertanian (Mentan) kepada partai politik disambut baik.
Direktur Indonesian Sugar Research Institute (ISRI) Aris Toharisman menegaskan, MenÂtan mendatang harus bisa meÂwuÂjudkan kedaulatan dan keÂmandirian pangan. Kalau dijabat dari kalangan partai khaÂwatir tidak terlaksana kaÂrena ditengarai sarat keÂpenÂtingan.
“Kalau profesional dia akan berusaha sekuat tenaga untuk menghasilkan produk sendiri. Dalam jangka panjang, proÂfesional bisa melakukan pemeÂnuhan pangan secara swasemÂbada,†ujarnya.
Aris menilai, Institut PertaÂnian Bogor (IPB) punya baÂnyak kader yang bisa menemÂpati pos itu. Atau dari kalangan pengusaha yang selama ini terbukti dekat dengan para petani, misalnya Direktur Utama PT Gendhis Multi Manis, Kamajaya.
Kamajaya yang juga bos pabrik gula ini paling dijagokan menjadi Mentan versi Kabinet Indonesia Hebat. Pengusaha nyentrik ini mengalahkan Ketua Harian HKTI Sutrisno Iwantono dan ekonom Iman Sugema. ***