Demikian ditegaskan anggota DPR RI dari Fraksi Golkar, Zainudin Amali kepada wartawan di Jakarta.
"Operasi Inalum itu tentang alumunium, dan itu satu hal yang terpisah dari listrik," kata Zainudin.
Hanya saja, lanjut Zainudin, Inalum membutuhkan listrik dalam pelaksanaannya. Oleh karenanya, perusahaan pelat merah itu kemudian membuat pembangkit listrik. Dari yang dihasilkan itu ada kapasitas yang tidak terpakai dan disumbangkan kepada masyarakat melalui PLN setempat.
"Jadi jangan dipersoalkan listriknya, harusnya PLN yang berpikir bagaimana menambah energi listrik di Sumut," terangnya.
Ia menuturkan, di masa lalu, Inalum memang memberikan daya sangat sedikit. Namun hal itu karena posisinya masih di tangan Jepang. Saat itu kata dia, Inalum masih merupakan perusahaan milik asing (PMA), tapi sekarang sudah menjadi perusahaan nasional.
"Jadi Inalum enggak ada urusannya dengan listrik, itu sepenuhnya tanggung jawab PLN," ujar politisi yang juga wakil ketua Komisi VII ini.
Pernyataan Zainudin tersebut menanggapi kabar Inalum akan dibubarkan karena sumbangsih listriknya kecil. Zainudin menekankan, proses pengambilalihan Inalum dari tangan Jepang itu merupakan hal yang tidak mudah dan membutuhkan biaya besar.
"Enggak mungkin (Inalum) dibubarkan. Kalau mau dibubarkan, ngapain kita ngotot kemarin ngambil dari Jepang. Mana nasionalisme kita sebagai bangsa?," kritiknya.
[wid]
BERITA TERKAIT: