"Ilmu pengetahuan sampah (
junk science) telah menggantikan ilmu pengetahuan yang jujur (
honest science). Propaganda tampil sebagai fakta-fakta. Yang jadi korban pertama dalam perang melawan tembakau adalah kebenaran," terang peneliti KNPK, Zulvan Kurniawan saat dihubungi di Jakarta.
Menurut Zulvan, semua data, angka, statistik, estimasi yang dikeluarkan dari organisasi kesehatan dunia WHO tak lebih dari kebohongan belaka.
"Propaganda anti merokok tidak berdasarkan kebenaran, tidak bertanggung jawab dan liar," tegasnya.
Ia pun menekankan, tembakau bukan penyebab dari risiko segala macam penyakit sebagaimana disebutkan WHO selama ini. Berdasar beberapa hasil riset di antaranya seperti yang dimuat dalam British Journal of Cancer (2002), membuktikan bahwa tidak adanya hubungan antara merokok dengan risiko kanker payudara.
Hasil kajian lain yang dikenal dengan sebutan Roll Royce of Studies menjelaskan, tidak adanya hubungan antara merokok dengan sakit jantung seperti dimuat dalam Journal of Critical Epidemology 42, No 8, 1989. Studi lain seperti tertuang dalam artikel Study Casts Doubt on Heart ‘
Risk Factors’. Dalam studi tersebut diungkapkan, studi cardiologi paling besar yang pernah dilakukan telah gagal menemukan hubungan antara serangan jantung dengan faktor-faktor risiko klasik, seperti merokok dan tingkat kolesterol yang tinggi.
"Hasil studi tersebut justru menguak, kegelisahan, kemiskinan, perubahan ekonomi, dan sosial mempunyai hubungan dengan penyakit jantung," paparnya.
"Fakta yang terungkap bahwa seseorang yang berhenti merokok namun kehilangan rumah tempat tinggal secara umum berada pada risiko terkena penyakit jantung karena faktor stress," sambung Zulvan.
KNPK meragukan propaganda anti merokok untuk kepentingan kesehatan masyarakat.
"Apakah kita rela mengorbankan para petani tembakau, industri nasional kretek yang menyerap banyak tenaga kerja, dan jelas-jelas berkontribusi bagi pembangunan dan kemajuan bangsa ini," tanyanya.
[wid]
BERITA TERKAIT: