“Peranan pembangunan kelautan dan perikanan kita, khususnya pembangunan budidaya semakin penting dalam membangun pertumbuhan ekonomi dan ketahanan pangan wilayah pengembang, nasional hingga dunia. Oleh karena itu kita harus tingkatkan produksi komoditas unggulan kita,†jelas Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif Cicip Sutardjo saat kunjungan kerjanya di Bali, kemarin.
Udang memang memiliki nilai ekonomis dan tingkat permintaan yang tinggi di tingkat nasional dan internasional. Selain itu, program ini merupakan perwujudan pengentasan kemiskinan dengan memajukan potensi wilayah setempat.
Cicip mengaku total permintaan pasar atas udang galah per harinya lebih dari 20 juta ton. Diprediksi, setiap tahun permintaan udang terus meningkat sejalan dengan berkembangnya pariwisata di Indonesia.
Untuk menunjukkan keseriusannya mendorong program itu, KKP memberikan bantuan dengan total Rp 21,2 miliar. Bantuan ini digunakan untuk 13 program khusus di wilayah Bali, khususnya Karangasem.
Beberapa dana bantuan akan disalurkan ke sektor perikanan tangkap Karangasem dengan memberikan 11 unit kapal Inkamina senilai Rp 16 miliar dan bantuan untuk program Sistem Rantai Dingin senilai Rp 500 juta kepada para pembudidaya perikanan tangkap di Karangasem.
Namun, Cicip mengaku udang galah pembudidayaan peternak Indonesia masih belum bisa dijual ke pasar internasional. Hal ini bukan karena kalah saing dengan udang galah dari negara lain.
“Sejauh ini kita baru menggunakan hasil panen udang galah untuk konsumsi dalam negeri, dan ini masih belum cukup meski udang galah kita sangat disukai turis mancanegara, khususnya Thailand,†ujar Cicip.
Ke depannya, dia berharap makin banyak pembudidaya udang galah di Indonesia. Soalnya udang galah Indonesia memiliki kualitas sangat baik, bebas hama dan zat kimia berbahaya. ***