Saat beroperasi, pabrik ini bakal mampu menghasilkan hingga 100 ton per hari atau menÂcapai 30.000 ton per tahun, dengan pendapatan Rp 100 miliar per tahun.
“Selesai satu tahun untuk konstruksi dari sekarang karena lokasi yang jauh. Mulai berÂoperasi April 2015,†kata DirekÂtur Utama Perhutani BamÂbang Sukmananto di Jakarta, kemarin.
Perhutani menggelontorkan investasi hingga Rp 108 miliar untuk pembangunan pabrik sagu itu. Sedangkan untuk menÂdukung operasional pabrik, perseroan memperoleh konsesi lahan pohon sagu dari KemenÂterian Perhubungan dan PemeÂrintah Daerah Papua sebanyak 16.000 hektar.
Sementara untuk mendukung pasokan listrik di pabrik sagu tersebut, Perhutani mengganÂdeng PLN. Di dekat pabrik akan dibangun pembangkit listrik berbahan bakar biomassa dari limbah sagu dan batubara.
Selain itu, Perhutani mengÂklaim laba tahun 2013 naik 3,5 persen dibanding tahun sebeÂlumnya dari Rp 197 miliar menÂjadi Rp 204 miliar.
“Ini pencapaian yang paling tertinggi dibanding laba pada tahun-tahun sebelumnya,†jelas Bambang.
Bambang mengatakan, pada 2012 laba Perhutani mencapai Rp 197 miliar, lalu tahun 2011 sebesar Rp 148 miliar, tahun 2010 sebesar Rp 156 miliar dan 2009 sebesar Rp 158 miliar.
Pendapatan Perhutani juga tembus Rp 3,750 triliun atau 96 persen dari target Rp 3,954 triÂliun. Menurut Bambang, penÂdaÂpatan tersebut diperoleh dari kelompok usaha kayu yang berkontribusi 48 persen dan non kayu 52 persen.
Pendapatan terbesar dari penÂjualan luar negeri industri non kayu Rp 1,339 triliun atau 137 persen dari rencana. PenÂdaÂpatan penjualan dalam negeri hasil hutan lainnya sebesar Rp 617 miliar, sedangkan dari kayu tebangan Rp 1,607 triliun atau 116 persen dari rencana. ***