Pada hari pertama mengaspal, bus bertingkat berwarna ungu kuning ini belum mendapat respons positif dari masyarakat ibukota. Hal ini terlihat dari sepinya penumpang pada lima bus yang beroperasi sejak pagi. Masih sedikit masyarakat yang mencoba merasakan wisata keliling ibukota dengan bus khusus ini.
BUS pertama mulai beroperasi sejak pukul 09.15 WIB dari Monas, Jakarta Pusat. Di dalam bus ini hanya ada para pejabat Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta, pemandu wisata, kondektur dan petugas kepolisian wanita. Beberapa wartawan juga ikut dalam bus. Belum terlihat ada penumpang di dalam bus ini.
Berselang 15 menit, bus kedua juga mulai beroperasi. Menurut Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta Arie Budiman, jumlah penumpang memang masih sepi.
"Mungkin karena hujan penumpang belum terlalu banyak dan ini hari kerja. Tetapi paling tidak bus ini harus terus melintas," ujarnya.
Kondisi di dalam bus wisata ini tidak jauh berbeda ketika berada di dalam bus Transjakarta. Hanya saja, saat berada di dalam bus bertingkat dua ini, penumpang bisa melihat seluruh pemandangan kota saat perjalanan.
Di lantai satu bus tingkat tersebut terdapat empat petugas yang siap melayani penumpang. Ketika bus mulai berjalan, petugas on board mulai menyapa. "Selamat datang di bus tingkat wisata
city tour Jakarta," katanya ramah.
Sepanjang jalan, pemandu menjelaskan berbagai gedung, museum dan pusat perbelanjaan yang dilintasi. Tidak hanya mengenalkan gedung-gedung, pemandu juga menjelaskan sejarah museum, termasuk memperkenalkan proyek-proyek unggulan di ibukota.
"Bapak dan ibu bisa melihat di sisi kanan jalan, proyek kebanggaan Jakarta, MRT. Proyek ini rencananya sudah beroperasi pada 2018," kata sang pemandu.
Dalam perjalanan, ada dua penumpang yang duduk di lantai dua bus wisata.Salah seorang penumpang mengaku lebih antusias duduk di lantai dua dan di barisan paling depan. Ia memilih sisi itu karena dapat melihat pemandangan melalui kaca yang besar.
Menurutnya, perbedaan bus tingkat wisata Jakarta ini dengan yang lainnya adalah kenyamanannya. Bus dengan panjang 13,5 meter, lebar 2,5 meter dan tinggi 4,2 meter ini lebih nyaman dari sisi tempat duduk, pengeras suara dan kecepatannya.
"Paling kekurangannya di video. Penumpang yang di atas tidak ada hiburan di TV-nya. Sayangnya, suara
tour guide-nya kurang terdengar sampai atas," katanya.
Bus tingkat ini memiliki kapasitas 60 tempat duduk. Dua di antaranya diperuntukkan khusus bagi penyandang disabilitas.
Deck dan pintu sengaja dibuat pendek dan berada di sebelah kiri supaya ramah bagi para penyandang disabilitas dan warga lanjut usia (lansia).
Spesifikasi lain yang membuat bus ini ramah bagi penyandang disabilitas adalah melintas di jalur lambat, bukan jalur bus Transjakarta. Beberapa fasilitas lain yang dimiliki bus wisata ini, yaitu pendingin udara (AC), pengeras suara, CCTV, lengkap dengan video pariwisata.
Rute yang dilewati lima bus tingkat wisata Jakarta ini adalah Bundaran Hotel Indonesia (HI)-Sarinah-Museum Nasional-Halte Santa Maria-Pasar Baru-Gedung Kesenian Jakarta-Masjid Istiqlal- Istana Merdeka-Monas-Balaikota-Sarinah dan kembali ke Bundaran HI. Bus hanya akan berhenti di setiap halte untuk menaikkan dan menurunkan penumpang.
Untuk tiga bulan pertama, penumpang tidak dikenakan tiket. Selanjutnya, tiket akan disebar di hotel-hotel yang dilintasi bus tingkat wisata, antara lain di Hotel Indonesia Kempinski. Bus-bus ini beroperasi setiap hari, mulai pukul 09.00 hingga 21.00. Semua bus wisata akan memulai perjalanan dari Silang Barat Daya Monas. Bus berangkat setiap 30 menit.
Mau Ditambah 10 Unit Lagi
Pesona bus wisata di Jakarta bukan hanya pada busnya yang nyaman dan bertingkat. Demi memikat wisatawan, pengemudinya pun perempuan. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta Arie Budhiman mengatakan, sifat wanita yang lembut dan keibuan menjadi jaminan bus itu tidak akan ugal-ugalan. Kecepatan bus tingkat wisata juga rata-rata hanya 10 hingga 20 kilometer per jam.
"Kami memperhatikan dari sisi hospitality. Kalau sense perempuan itu pasti lebih hati-hati dan membawa kendaraannya lebih baik. Pak Gubernur juga sudah setuju," ujar Arief.
Ada 12 pengemudi yang direkrut secara terbuka. Mereka mendapatkan gaji 3,5 kali upah minimum provinsi (UMP) DKI Jakarta sebesar Rp 2,4 juta. Jadi, gaji pokok mereka mencapai Rp 7 juta.
Selain pengemudi, petugas lainnya adalah polisi pariwisata dari Polda Metro Jaya, kondektur atau petugas on board dan tour guide dari himpunan pramuwisata dan komunitas historia.
Satu persyaratan utama yang harus dimiliki para petugas adalah mampu berkomunikasi dengan bahasa Inggris yang baik. Sebab, wisatawan mancanegara adalah sasaran utama bus tingkat wisata ini. "Para petugas dibagi menjadi dua shift agar mereka tidak kelelahan," jelas Arie.
Seperti diketahui, bus wisata sudah mulai diuji coba pekan lalu. Kemudian, pada Senin (24/2) lima bus wisata akan mulai beroperasi melayani wisata keliling Jakarta secara gratis untuk masyarakat. Uji coba dilaksanakan untuk membiasakan para petugas melayani penumpang di dalam bus.
Meski gratis, Disparbud DKI Jakarta menyatakan akan melakukan evaluasi secara berkala mengingat perilaku masyarakat yang belum tertib.
"Karena tidak semua yang gratis itu baik. Intinya, penumpang jangan memaksakan kalau sudah penuh karena ini tidak boleh ada yang berdiri," bebernya.
Arie mengaku membutuhkan waktu lama untuk melengkapi proses administrasi sebelum bus wisata beroperasi, misalnya verifikasi di Kementerian Perhubungan dan Kementerian Perindustrian. Belum lagi pengurusan pelat nomor polisi dan STNK dari Polda Metro Jaya. Hal itu pula yang menyebabkan operasional bus tingkat ini mundur dari rencana awal pada akhir Januari.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berencana menambah 10 bus wisata pada tahun ini. Saat ini bus wisata yang beropersi di ibukota ada 5 bus. Arie mengatakan, 5 bus ini dibeli dengan dana APBD 2013. Sementara di APBD 2014, pihaknya sudah mengusulkan anggaran pembelian 10 wisata kembali.
"Mudah-mudahan disetujui. Yang menggembirakan adalah adanya komitmen dari beberapa perusahaan swasta nasional, mereka punya program CSR (Corporate Social Responsibility). Memang ini didedikasikan untuk memberikan sumbangan ke Pemprov DKI Jakarta," ujarnya. ***