"Karena masih baru, jadi bebas utang dan mudah cari pinjaman dan investor," ujar pengamat BUMN Sunarsip dalam diskusi bertajuk 'Sayap Patah Merpati' di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (8/2).
Dengan begitu, perusahaan SPV ini bisa membuat kebijakan tanpa ada tekanan dari pihak luar. Nantinya, pihak Merpati hanya mengurusi masalah operasional penerbangan. Sementara SPV akan bertugas sebagai pengatur cashflow dan hubungan dengan pihak eksternal, termasuk investor dan kreditur.
Langkah ini, menurut Sunarsip bisa menyelesaikan permasalahan utama Merpati, yakni minimnya manajemen finansial yang berujung pada pelonjakan utang perusahaan.
Ia menambahkan, kalaupun Merpati dijual, maka tidak akan ada pihak investor yang mau menanam modalnya di sana. Karena, selain harus melunasi utang sebanyak Rp 6,7 triliun, pihak investor juga harus membayar gaji dan tunjangan karyawan Merpati yang ditunggak selama 3 bulan. Meski memang, Merpati memiliki aset sekitar Rp 300 milyar dari anak perusahaannya.
"Kalau dijual sekarang malah tidak strategis," demikian Sunarsip.
[ian]
BERITA TERKAIT: