“Selama ini perseroan telah meÂmasok 19 obat kanker dan nutrisi untuk pasien kanker. NaÂmun, obat-obatan itu bukan hasil produksi sendiri melainÂkan diimpor dari Korea, JeÂpang, China, Argentina dan FinÂlanÂdia,†ujar Presiden Direktur Kalbe Farma Irawati Setiady.
Dia mengungkapkan, keterÂganÂtungan impor obat karena di Indonesia belum memiliki teknologi dan ketiadaan bahan baku. Karena itu, kapasitas proÂduksi obat kanker tahun ini akan dimaksimalkan.
Selama ini, pasar obat onkoÂlogi di Indonesia mencapai 34 persen. Dengan adanya pabrik obat kanker di dalam negeri, maka pihaknya bisa menguasai pasar lebih dari 40 persen.
“Dengan memproduksi senÂdiri obat-obatan kanker, tentuÂnya harga obat akan lebih muÂrah sekitar 30-40 persen dibanÂding obat impor,†katanya.
Menurut Irawati, proses proÂduksi obat kanker dilakukan bertahap. Tahun depan targetÂnya seluruh obat kanker sudah bisa diproduksi dan ada peÂnambahan jumlah produk obat generik.
“Sementara kami belum piÂkirkan investasi tahun depan serta penambahan kapasitas proÂduksi obat kanker. Kami foÂkus tahun ini dulu,†paparnya.
Selain memenuhi kebutuhan obat kanker di dalam negeri, Irawati optimis tahun ini pihakÂnya menargetkan ekspor obat kanker ke Vietnam.
Selama ini, kebutuhan obat kanker masih bergantung pada seÂjumlah negara seperti India dan China. Ke depan ditargetÂkan kebutuhan impor obat dapat berkurang.
“Kalau langsung stop impor belum ada stok, obat malah jadi kekurangan. Mana yang bisa diproduksi dalam negeri tentu nggak perlu impor lagi,†tanÂdasnya.
***