Menteri Gita Ngakunya Nggak Suka Impor Pangan

Padahal Cabe Rawit & Bawang Merah Saja Masih Ngimpor Lho...

Kamis, 25 Juli 2013, 09:24 WIB
Menteri Gita Ngakunya Nggak Suka Impor Pangan
Gita Wirjawan
rmol news logo Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan mengaku, dirinya tidak suka dengan kebijakan impor pangan. Namun, sangat tidak suka lagi jika harga bahan pokok naik. Menurutnya, impor pangan yang dilakukan oleh pemerintah karena terpaksa untuk menstabilkan harga dalam waktu cepat.

“Impor dilakukan karena produksi nasional memang sangat tidak mencukupi. Kalau tercukupi saya tidak akan impor,” kata Gita di Jakarta, kemarin.

Peneliti Lembaga Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3E) Kadin Ina Primiana mengkritik, tindakan pemerintah yang tidak mau susah dengan mengambil keputuan untuk mengimpor produk hortikultura seperti bawang merah dan cabe rawit.

Ina mengatakan, sebenarnya masalah importasi daging sapi saja belum selesai. “Malah ada pedagang yang menolak menjual daging importasi itu karena pasokan yang dimiliki masih utuh,” ujar Ina.

Kini persoalan-persoalan itu ditambah dengan mudahnya keputusan pemerintah membuka keran impor cabe dan bawang merah. “Saya bingung melihat tindakan pemerintah yang melakukan importasi bawang merah dan cabe rawit tetapi tidak memperbaiki kondisi di dalam negeri,” ujarnya heran.

Dia menegaskan, importasi bisa dilakukan jika produksi produk hortikutura itu memang tidak ada.

“Seharusnya pemerintah bisa belajar dari pengalaman tersebut dan mengantisipasinya sehingga angka impor semakin tahun semakin kecil,” saran Ina.

Namun faktanya, lanjut Ina, nilai impor semakin tahun bertambah besar.  “Menurut saya, pemerintah tidak mau susah dan mengambil keputuan dengan mudah. Indonesia kan luas, seharusnya dipersiapkan pemerataan, manajemen stok, dan basis produksinya,” katanya.

Selain itu, masuknya produk impor dapat membuat petani hortikultura terancam. Hal ini dikarenakan petani harus bersaing dengan produk impor.

Disinggung mengenai impor yang dilakukan karena perubahan cuaca, Ina menjelaskan bahwa permasalahan tersebut bisa disiasati seiring dengan perkembangan teknlogi yang semakin maju.

Dia mencontohkan, negara-negara tropis lain yang mengalami masalah serupa seperti Indonesia yaitu Malaysia, Vietnam dan Thailand berhasil tetap memproduksi komoditas itu.

“Bahkan Vietnam bisa mengekspor cabe ke Indonesia,” katanya.

Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian (Kementan) Achmad Suryana mengatakan, pemerintah akan tetap menempatkan impor sebagai solusi akhir.

Komoditas bawang misalnya, impor dibuka karena faktor mundurnya masa panen. “Panen besar baru nanti, dua minggu setelah Lebaran,” kilahnya.

Sikap yang sama juga dikenai pada sapi. Apabila pemerintah telah berhasil menurunkan harga seperti instruksi presiden, maka importasi akan kembali ke pola lama.

“Hasil dari terlibatnya Bulog sudah mulai terasa. Harga daging perlahan turun meskipun masih tinggi dibandingkan tahun lalu,” kata Achmad.

Tugas selanjutnya yaitu membangun cadangan pangan untuk masing-masing komoditas strategis. Ia juga menyoroti kebutuhan untuk menyimpan cadangan tersebut berupa gudang berpendingin (cold storage). 

Cold storage bisa untuk menyimpan komoditas apapun termasuk beras, daging, sapi, jagung dan kedelai. Di Jawa Tengah misalnya, cold storage digunakan untuk menyimpan cadangan jagung konsumsi. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA