Kepala Biro Hukum dan Humas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Susyanto mengatakan, blok Mahakam saat ini masih dikelola oleh Total E&P Indonesie dengan produksi minyak bumi sebesar 65.204 barrel per hari dan gas bumi sebesar 1.708,59 MMSCFD (Million Standard Cubic Feet per Day).
"Kajian maupun evaluasi teknis dan ekonomis masih dilakukan dengan mendasarkan pada pertimbangan tetap menguntungkan negara, pemenuhan dalam negeri dan mempertahankan produksi," katanya dalam siaran persnya, Kamis (14/2).
Apalagi, kata dia, penerimaan dari sub sektor migas saat masih menjadi tulang punggung penerimaan negara. Dalam APBN 2013 ditargetkan mencapai 31.7 miliar dolar AS. Karena itulah, pemerintah berhati-hati dalam mengambil keputusan pengelolaan Mahakam. Blok Mahakam selama ini menjadi salah satu wilayah kerja migas yang memilki peran penting dalam produksi migas nasional. Oleh sebab itu mendapat perhatian ESDM dan SKK Migas. Berdasarkan kepentingan nasional tersebut, ESDM menegaskan tidak ada kerugian negara sama-sekali dalam rencana pengelolaan blok Mahakam pasca 2017.
"Keputusan yang akan diambil pemerintah justru untuk tetap menjaga penerimaan negara," tandasnya.
Bekas Dirut Pertamina Ari Soemarno mengatakan, cadangan blok Mahakam masih cukup besar dan bisa produksi untuk 20 tahun ke depan. Dari sisi financial, dia bilang, Pertamina tidak masalah karena pendanaan akan mudah diperoleh. Namun, saat ini yang menjadi kelemahan Pertamina adalah dalam hal teknologi dan managemen pengelolaan lapangan karena pengalaman masih kurang.
Menurutnya, sebaiknya blok itu dikelola secara joint operation dulu selama 5-10tahun setelah itu Pertamina ambil alih. Untuk komparasi saja, bagaimana kinerja blok WMO dan NWOJ yang dikelolanya. Jadi, lanjutnya, jangan salahkan begitu saja SKK Migas kalo ragu akan kemampuan Pertamina sampai sekarang.
[dem]
BERITA TERKAIT: