Direktur Eksekutif Asosiasi Pengimpor Daging Sapi IndoÂneÂsia (Aspidi) Thomas Sembiring mengungkapkan, harga daging sampai kini masih bertahan di level harga tinggi selama enam buÂÂlan terakhir. Ini merupakan seÂjarah baru bagi Indonesia.
“Masalah mahalnya harga daÂging sudah jelas, yakni karena paÂsokan yang tidak seimbang deÂngan kebutuhan,†kata Thomas kepada
Rakyat Merdeka, kemarin.
Thomas mewanti-wanti keÂmungÂkinan harga akan terus naik bila pasokan tidak diperbaiki. Se-bab, diprediksi kebutuhan daÂging ke depan akan terus meÂningÂkat seiring pertumÂbuhan ekonomi.
Harga daging di Indonesia saat ini berkisar antara Rp 95 ribu- Rp 100 ribu per kilogram (kg). HarÂga tersebut masih sama deÂngan harga bulan Desember 2012. BerÂdaÂsarÂkan data World Bank, harga daÂging di Indonesia pada bulan DeÂsember mencapai 9,76 dolar AS. Harga itu jauh leÂbih mahal bila dibanÂdingÂkan MalayÂsia 4,3 dolar AS, Thailand 4,2 doÂlar AS, AusÂtralia 4,2 dolar AS, Jepang 3,9 doÂlar AS, Jerman 4,3 dolar AS, dan India 7,4 dolar AS.
Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi mengamini data tersebut. “Iya faktanya meÂmang begitu, harga daging kita dua kali lipat lebih beÂsar dari neÂgara lain. Kalau masaÂlah ini tidak segera diatasi, maka masyarakat akan semakin dirugiÂkan,†kata Bayu kepada wartaÂwan di kantorÂnya, kemarin.
Bekas pengamat pertanian ini menuturkan, harga daÂging mulai melonjak naik menjeÂlang LebaÂran tahun 2012. PemeÂrintah semÂpat menambah kuota impor. Tapi sayang, penurunan harga tiÂdak signifiÂkan. Intinya, pemerintah gagal menjinakkan harga daging.
Dia menegaskan, keÂbijakan untuk mengatasi maÂhalÂnya harga daging harus segera diputuskan. Karena bulan RamaÂdhan jatuh awal Juli.
Apakah kuota impor perlu diÂtambah? Bayu menjawab kepuÂtusannya biar nanti diputuskan pada rapat koordinasi bidang perÂeÂkonomian yang akan dihadiri Kementerian Pertanian, KemenÂterian Perindustrian dan KemenÂterian Perdagangan. Bayu ingin raÂpat digelar secepatnya.
Bayu menyatakan, sejatinya dia tidak mendukung pemenuhÂan daging dengan impor. Tapi saÂpi lokal yang ada harus dikeÂluÂarÂkan untuk memenuhi pasokan.
Mahalnya harga daging telah memÂbuat pengusaha menÂjerit. Wakil Ketua Umum PenguÂsaha Hotel dan Restoran IndoÂnesia (PHRI) bidang Investasi, PerÂizinan dan Pengembangan UsaÂha Haryadi Sukamdani meÂnuÂturkan, pengusaha restoran suÂdah kelaÂbakan dengan mahalnya harga daging.
“Pengusaha mengÂimbangi maÂhalnya harga daging dengan meÂnaikkan harga. Tapi ini tidak baÂgus untuk usaha. Bukan kami saja yang rugi, tapi juga konÂsuÂmen,†keluh Haryadi.
Untuk itu, dia mendesak peÂmeÂrintah mengÂÂkaji ulang kuota impor daÂging. Selain itu, harus bisa meÂngÂÂaÂwasi distribusinya karena baÂnyak pengusaha di daeÂrah juga mengeÂluhkan miniÂmnya pasokan.
Menurut pantauan, harga daÂging sapi di pasar tradisional terus mengaÂlami kenaikan. Di pasar tradisioÂnal Cihaur Geulis, BanÂdung, harga daging sekitar Rp 90 ribu per kg. Harga itu lebih bahal bila diÂbandingkan sebelum ada aksi mogok berjualan. Saat itu harga daging di pasar tersebut Rp 80 ribu per kg. Perlu diÂketahui, para pedaÂgang melaÂkuÂkan mogok karena kesal harga daging mahal.
Popon, pedagang daging meÂnuÂturkan, mahalnya harga daging karena pasokan minim. “Akibat harga daging mahal, omzet penÂjualan turun lebih dari 50 persen,†curhat Popon. [Harian Rakyat Merdeka]
BERITA TERKAIT: