Bahan Pokok Seret, Penguasa Siap Naikkan Harga Komoditas

Komponen Biaya Produksi Didominasi Tenaga Kerja

Minggu, 01 April 2012, 08:12 WIB
Bahan Pokok Seret, Penguasa Siap Naikkan Harga Komoditas
ilustrasi, Terigu
RMOL.Kalangan pengusaha terigu mulai mengatur strategi guna mengurangi dampak kenaikan har­ga bahan bakar minyak (BBM).

Direktur Eksekutif Aso­siasi Produsen Tepung Terigu Indone­sia (Aptindo) Ratna Sari Loppies menegaskan, harga BBM tidak terlalu berdampak pada kenaikan harga terigu na­sional. Kalaupun ada kenaikan biaya transportasi itu sangat kecil pengaruhnya. Se­bab, komponen industri tepung ti­dak hanya bergantung pada ba­han bakar, melainkan juga tenaga kerja.

“Harga terigu nasional di­pe­ngaruhi oleh dua faktor. Pertama, harga gandum internasional. Ke­dua, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Jadi kenaikan harga BBM tidak ber­dampak pada industri terigu,” ujar Ratna di Jakarta, kemarin.

Dikatakan, konsumsi terigu na­sional saat ini mencapai 4,1 juta ton per tahun. Dari angka terse­but, 10-15 persen didatangkan me­lalui impor. Karena itu, ke­naikan harga BBM dinilai tidak terlalu mengkhawatirkan karena terigu masih menunjukkan tren per­tumbuhan enam persen per tahun. Hal itu disebabkan karena terigu yang lebih murah dari be­ras, sehingga kecenderungan konsumsi terigu terus meningkat.

“Selain tren pertumbuhannya naik, impor terigu juga turun. Ta­hun lalu penurunan impor itu su­dah terjadi. Turunnya impor karena ada 2-3 importir yang su­dah jadi produsen. Mereka antara lain PT Agri First Indonesia dan PT Golden Grand Mills,” sam­bung Ratna.

Dia memperkirakan, penuru­nan impor pada tahun ini men­capai enam persen. Adapun ka­pasitas produksi terigu terpasang sudah di level 60 persen. Tahun ini, industri terigu berhasil men­datangkan investasi baru sejum­lah 4 pemain. Salah satu investor tersebut berasal dari Turki.

Lo­kasi yang dibidik investor ini meliputi dua lokasi di Medan, Kalimantan (Banjarmasin) dan Jawa. Masuknya investor ini akan menambah kapasitas produksi sekitar 10 ribu ton per bulan.

“Ke depannya, kami akan me­minta pemerintah menerapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib pada produk terigu impor untuk non food. Saat ini, SNI itu belum diwajibkan,” tandasnya.

Meskipun meyakini dampak kenaikan harga BBM tidak akan berpengaruh pada kenaikan harga bahan baku seperti terigu, namun kenyataan di lapangan berkata lain. Harga kebutuhan pokok naik bersamaan, tak terkecuali terigu.

Harga terigu di pasaran sudah mencapai Rp 7.500 per kilogram (kg) atau naik Rp 500 dari harga semula. Di sisi lain, produsen roti terkemuka PT Nippon Indosari Tbk yang memiliki merek da­gang Sari Roti mengakui me­naik­kan harga jualnya mengikuti naiknya harga bahan pokok.

“Guna mengantisipasi kenai­kan harga BBM dan mengatasi melon­jaknya harga bahan baku indus­tri,” tukas Direk­tur Opera­sional PT Nippon Indosari Tbk Yusuf Hady. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA