Saham Singtel di Telkomsel Seperti Duri Dalam Daging

Investor Cermati Dana Buy Back Telkom

Sabtu, 25 Juni 2011, 01:57 WIB
Saham Singtel di Telkomsel Seperti Duri Dalam Daging
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom)
RMOL.Rencana PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) untuk me­lakukan buy back saham Si­nga­pore Telecommunications (Si­ng­­tel) di­ni­lai baik karena me­nunjuk­kan ko­mitmen Telkom un­tuk mengem­bangkan anak usaha­nya tanpa ‘campur tangan’ dari Sing­tel. Se­ba­gai perusahaan induk dari PT Telekomunikasi Seluler (Tel­kom­sel), Telkom di­harapkan bisa me­ngendalikan Telkomsel sepe­nuh­nya.

Hal itu dikatakan pengamat Pasar Modal Reza Pri­yambada kepada Rakyat Merdeka di Ja­karta, kemarin, menanggapi ren­cana Telkom mengam­bil semua saham SingTel di Tel­komsel.

Menurut Reza, jika ma­sih me­miliki saham di Telkom­sel, maka secara otomatis Singtel masih cam­pur tangan dalam ope­rasio­nal dan kebijakan di Tel­kom­sel. Hal itu akan mempenga­ruhi lang­­kah Telkomsel ke depan.

“Misalnya Telkom akan mem­bawa Telkomsel ke arah tertentu, tetapi karena masih ada Singtel bisa saja terjadi kepentingan yang berbenturan. Jadi saham SingTel ini seperti duri dalam daging. Jadi seharusnya bisa ke arah yang le­bih baik justru bisa melenceng,” terang Reza.

Rencana Telkom membeli kembali (buy back) saham Sing­tel di Telkom­sel, dinilainya se­ba­gai langkah bagus. “Langkah buy back akan me­ngembalikan po­sisi Tel­komsel sebagai anak usaha Tel­kom,” katanya

Sebelumnya, Dirut Telkom Rinaldi Firmansyah me­ngaku sudah mengajukan pro­posal buy back saham SingTel di Tel­komsel.

Menurut Reza, jika Telkom akan melakukan buy back, maka yang harus diperhatikan, dari mana sumber pengambilan dana untuk buy back. Karena untuk melaku­kan buy back bisa diambil dari kas internal, pinjaman bank atau penerbitan surat utang.

“Jika Telkom mengambilnya dari kas internal, maka menun­jukkan posisi keuangan Telkom cukup kuat,” ujarnya.

Namun, jika diambil dari pin­jaman, maka otomatis akan ada akan menimbulkan kewajiban. Misalnya, dalam laporan ke­uang­an akan timbul beban keuangan yang umumnya bisa meng­hambat operasional suatu peru­sahaan.

“Tapi kalaupun kon­sekuensi itu muncul, jika diiringi dengan pe­ning­katan pendapatan, maka tidak masalah. Selama nilai kewajiban mereka (Telkom) lebih rendah dari asset­­nya, maka tidak terlalu mem­­be­rat­kan perseroan,” je­las­nya. [rm]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA